LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Seni Bela diri tradisional memiliki pamor yang begitu luas dari sisi nasional maupun internasional.
Setiap provinsi pasti memiliki seni bela diri, contohnya SILEK berasal dari Sumatera Barat, Minangkabau yang diwariskan secara turun temurun dari generasi ke generasi.
Tak terkecuali di Provinsi Sumatera Selatan khususnya di Kota Lubuklinggau ada namanya seni bela diri yang diberi nama Kuntau.
Secara harfiah, dalam bukunya yang berjudul kuntao The Esoteric Martial Art Of Southeast Asia, David (2014) mengatakan bahwa Kuntao berasal dari Fujian,Cina, yang terdiri dari atas dua kata, Kun dan Tao. Kata Kun mengandung makna Tinju sedangkan Tao mengandung makna cara mengepal.
BACA JUGA:Unik, SDN 81 Lubuklinggau Punya Ekstrakurikuler Rebana
Dikutip dari buku Kuntau:Seni Bela Diri Untuk Generasi Penerus, yang ditulis oleh Evan Sapentri (2023).
Kata Kun diadopsi dari Bahasa Arab, Surah Yasin Ayat 82 yang memiliki arti jadilah sedang Tao(tahu).
Sehingga kata Kuntau memiliki arti menjadi paham. mengerti, tahu.
“Kuntau itu berdasarkan pelacakan saya ini berkembang di cina, kemudian itu berkembang di masa colonial di bawa ke Indonesia, Lalu berkembanglah di Kalimantan dan di daerah lain-lain. Nah salah satunya singgah ke Musi Rawas dan sekitarnya," jelas Evan Sapentri, peneliti Seni Bela Diri Kuntau asal Kota Lubuklinggau saat dibincangi KORANLINGGAUPOS.ID," kemarin.
BACA JUGA:SMAN 6 Lubuklinggau Punya Ekstrakurikuler Robotik
Dikutip dari buku Kuntau:Seni Bela Diri Untuk Generasi Penerus, Evan Sapentri (2023).
Dalam seni bela diri kuntau memiliki delapan tari dalam perguruan seni tari Kuntau melayu yakni Tari Tembung, Tari Kain, Tari Klewang, Tari Besi Cabang, Tari Pisau Dua, Tari Pametung, Tari Sambut Kuntau.
“Harapan saya karena saya tidak bisa berkerja sendiri, selanjutnya selama pemerintah daerah dan masyarakat tidak mau punya komitmen bareng,itu nggak akan mungkin kesenian ini bisa bertahan itu tidak mungkin. Artinya begini kalau saya sudah riset mengenai Kuntau tetapi Pemda tidak memiliki komitmen untuk bekerja sama. Lalu Kemudian walikota dan Pemda tidak memiliki program pelestarian kebudayaan yang konkret misalnya di sekolah ada eskul. Seni ini bisa saja dilupakan atau hilang," tegasnya.
Pesan penting dari Evan Sapenti. Komitmen untuk mengembangkan seni bela diri kuntau tidak bisa dari dirinya saja sebagai peneliti, komitmen itu harus terjalin antar pemerintah, peneliti, dan sejarahwan harus jalan bersama untuk berkomitmen dalam pelestarian budaya.
BACA JUGA:Ekstrakurikuler jadi Wadah Siswa SMPN 7 Lubuklinggau Kembangkan Potensi