LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Aksara ulu merupakan tradisi tulisan masayarakat pada zaman dahulu. Aksara Ulu adalah sebutan untuk sejumlah aksara serumpun yang digunakan di Provinsi Sumatera Selatan.
Aksara yang memiliki arti surat sedangkan Ulu berarti daerah dataran tinggi tempat berhulunya sungai-sungai di Sumatera Selatan.
Aksara ulu dikenal juga dengan nama Aksara Kaganga merupakan tradisi tulisan yang banyak digunakan masyarakat bagian Ulu Sumsel.
“Di hulu bagian hulu. Karena musi kan ulunya di daerah kita ini. Sungai musi ini kan banyak sungai-sungai yang pecah-pecah. Dan seluruhnya bermuara di sungai musi. Jadi banyak sungai-sungai. Jadi kita ini disebut wilayah Ulu. Karena di dataran tinggi ya. Jadi masyarakat zaman dulu yang menggunakan aksara itu. Macam-macam ditulisnya,” jelas Berlian petugas di Museum Subkoss Garuda Sriwijaya kepada KORANLINGGAUPOS.ID, Sabtu 27 April 2024.
BACA JUGA:Buka PROLOG 2024, Trisko Defriyansa: Aksara Ulu Perlu Dipelajari, Dibumikan dan Dilestarikan
Sebelum adanya kertas untuk menulis tulisan, orang jaman dahulu menggunakan media seperti kulit kayu, bilah bambu, dan bambu utuh sebagai tempat menulis.
“Sebutan Ulu ini kan dipakainya di wilayah Sumatera Selatan. Jadi setiap kota kabupaten di Sumatera Selatan pakai galo termasuk Linggau. Buktinya kalau di Linggau ini, kita naskahnya enggak punya di sini. Tapi sekarang naskahnya dalam bentuk bilah bambu. Itu sekarang naskahnya ada di musim Balaputra Dewa. Induk musim kami di sana,”ungkap Berlian.
Orang dahulu mereka menggunakan akasara Ulu untuk menulis mengenai ramalan, mantra, pengobatan, dan strategi perang. Peninggalannya dapat dilihat di meseum Balaputera Dewa di Palembang.
Aksara kuno bukan hanya ada di daerah Sumatera Selatan akan tetapi ada 12 aksara lokal yang ada di indonesia yakni aksara jawa, Bali, Sunda Kuno, Bugis atau Lontara, Rejang, Lampung, Karo, Pakpak, Simalungun, Toba, Mandailing, dan Kerinci (Rencong atau Incung).
BACA JUGA:Jaga Kehandalan Pasokan Listrik, PLN ULP Bengkulu Lakukan Kolaborasi Gebyar ROW
Berlian pun menjelaskan bahwa aksara bukan hanya ada di Sumatera Selatan.
“Hampir semua wilayah ada akasara. Karena dipakai di Sumsel, makanya disebut umumnya Aksara Ulu. di Bunggul ada, tapi namanya sebutannya Kaganga. di Lampung, Had Lampung. di Jambi, Incung. Karena dia sama turunannya dari Palawa, dari India,” ungkap Berlian selaku pengamat dan peneliti Aksara Ulu.
Walaupun tradisi tulisan Aksara Ulu ini banyak digunakan di Sumatera Bagian Selatan akan tetapi tiap daerah memiliki perbedaan.
Berlian menjelaskan bahwa karena Aksara Ulu menggunakan bahasa lokal sesuai daerah masing-masing.
BACA JUGA:1.000 Tenaga Non ASN di Lubuklinggau Belum Terdata BKN, Bagaimana Nasib Kami Kalau Ada Pengangkatan?