LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Pemerintah saat ini sedang fokus mengatasi penyakit arbovirus. Penyakit Arbovirus sendiri penyakit karena terinfeksi virus yang ditularkan dari sekelompok serangga atau yang dikenal arthopoda ke manusia.
DIkutip dari website resmi Kemenkes RI, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin tekankan lima hal penting dalam penanganan penyakit arbovirus.
Pertama menurutnya memberikan edukasi ke masyarakat tentang pencegahan penyakit. Kedua kontrol vektor atau hewan pembawa penyakit. Ketiga surveilans yang kuat, lalu keempat penelitian dan pengembangan vaksin. Dan terakhir upaya terapeutik untuk perawatan penderita.
Menkes juga menyoroti peran media sosial dalam edukasi kesehatan masyarakat.
--
BACA JUGA:Alami Depresi, Ini Cara Atasinya
Menkes Brasil Nisia Trindade Lima sependapat dengan Menkes Budi, khususnya dalam penelitian dan pengembangan vaksin. Ia menekankan pentingnya kerja sama internasional dalam penanggulangan penyakit arbovirus, terutama demam berdarah.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus juga menambahkan bahwa WHO mendirikan inisiatif Global Arbovirus untuk mendukung negara-negara dalam memperkuat persiapan, pencegahan, dan pengendalian arbovirus.
Selain itu Direktur P2PM dr. Imran Pambudi, MPHM menyampaikan salah satu intervensi yang penting dalam mencapai keberhasilan pengendalian Arbovirosis adalah dengan menjadikan kegiatan surveilans sebagai salah satu core intervention. Intervensi kunci dari strategi tersebut salah satunya yaitu Penguatan sistem data dan manajemen data Arbovirosis,
Penyakit menular yang disebabkan oleh virus golongan Arbovirosis yang bermasalah di Indonesia adalah Demam Berdarah Dengue (DBD), Chikungunya, Japanese Encephalitis (JE) dan Zika.
BACA JUGA:6 Khasiat Lidah Buaya Untuk Kesehatan Manusia
Saat ini, penyakit DBD masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dimana dapat menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB) yang mengakibatkan kerugian sosial ekonomi. Hal ini dikarenakan dapat menimbulkan kepanikan dalam keluarga, kematian anggota keluarga, dan berkurangnya usia harapan penduduk.
Aplikasi Sistem Informasi Arbovirosis (SIARVI) merupakan alat bantu kegiatan pencatatan dan pelaporan kegiatan surveilans Arbovirosis yang dapat menampilkan data real time, SIARVI ini hendaknya digunakan agar tugas kita semua dalam upaya pengendalian dan pencegahan penyakit/infeksi dengue, salah satunya adalah DBD dapat dilakukan dengan cepat dan tepat sehingga fatalitas/kematian akibat penyakit/infeksi dengue dapat dihindari. tambahnya
Dilaporkan bahwa pada akhir tahun 2021 dari 514 kabupaten/kota yang ada tercatat sebanyak 474 kabupaten/kota (92,2%) telah terjangkit DBD secara total ada 73.518 kasus (IR: 27 per 100.000 penduduk) dan 705 kematian (CFR: 0,9%).
Sedangkan pada tahun 2022 dilaporkan bahwa dari 514 kabupaten/kota yang ada tercatat sebanyak 484 kabupaten/kota (94,16%) telah terjangkit DBD dengan total kasus 131.265 kasus (IR: 52,08 per 100.000 penduduk) dan 1.183 kematian (CFR: 0,9%).