"Tokoh-tokoh berpengalaman seperti Hendri Juniansyah, yang merupakan Ketua Partai Gerindra, Hambali yang menjabat sebagai Ketua PDI, Taufik Siswanto dari Partai Demokrat, Suhada dari PKS, Imam Senen dan Subandio Amin, semuanya memegang peran krusial dalam proses politik lokal Lubuklinggau. Dalam konteks pemilihan kepala daerah, upaya mereka untuk meraih hati masyarakat tidak hanya tercermin dalam retorika politik, tetapi juga dalam tindakan nyata yang mereka lakukan," jelasnya.
Dalam upaya meraih hati masyarakat Lubuklinggau, tokoh-tokoh ini mungkin terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, pertemuan dengan warga, dan kampanye politik yang bertujuan untuk memperkenalkan dan meyakinkan masyarakat akan keunggulan dan komitmen pasangan calon yang mereka dukung.
BACA JUGA:Sepakat Berpasangan Pilkada Lubuklingau, Ketua Partai Golkar, Gerindra dan NasDem Tegaskan ini
Selain itu, mereka juga mungkin terlibat dalam dialog dan diskusi publik untuk memahami secara lebih baik aspirasi dan kebutuhan masyarakat.
Imam Senen dan Subandio keterbatasan mereka yang berasal dari birokrat dirasa memiliki waktu dan ruang terbatas dalam mensosialisasi personal nya tapi semua tergantung pada masyarakat.
Kedua lanjutnya pilihan calon pemimpin tidak hanya didasarkan pada pertimbangan politik atau afiliasi partai semata, tetapi juga pada rekam jejak dan kemampuan calon untuk memimpin dengan baik.
Masyarakat mengharapkan sosok yang memiliki integritas, kompetensi, dan visi yang jelas untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi kota mereka. Bisajadi bertahun tahun menjadi tokoh partai tapi masih belum memilki ruang di hati masyarakat, atau sebaliknya.
Ini bisa jadi disebabkan kegiatan yang di lakukan hanya sebagai seremoni tahunan dan 5 tahunan sehingga dirasa tidak menjawab keluhan masayarakat pun begitu sebaliknya.
Selain pada capaian kursi tokoh partai layak, instrument penting dalam maju pilkada adalah memiliki cukup partai untuk mengusung. Sehingga mereka yang menjadi ketua partai seksi sebagai peserta dalam kontestasi Pilkada.
Selanjutnya sesuai rekam jejak hanya ada dua tokoh yakni Rustam dan Sulaiman yang memiliki rekam jejak pernah beratarung dalam kontestasi pilkada sehingga mereka menjadi magnet tersendri dalam pilkada Lubuklinggau 2024.
"Setidaknya dapat di pahami mereka berdua telah memahami medan peretempuran dengan baik pada Pilkada Lubuklinggau, setidaknya juga mereka telah memiliki infrastruktur loyalis sampai tingkat RT dan TPS, (Suko menang sebagai patahana) (Rustam sebagai Runner Up di Pilkada 2018 memperoleh suara 41.179 suara). Kehadiran Rustam Effendi mampu menwakili populasi pemilih yang mencapai angka 111.982 Suara sah pada tahun 2018 berdasarkan sumber dari Tribun Sumsel.
BACA JUGA:Pilkada Lubuklinggau 2024, Berikut Nama 4 Paslon Walikota Bakal Berpasangan Siapa yang Layak
Ketiga terkait pasangan ideal menurutnya yang pertama, melihat trend pemilihan Presiden dan Wakil Presiden lalu terlihat adanya kolaborasi wajah lama dan wajah baru, Gibran yang diwakilkan dengan wajah baru kontestan dan Prabowo wajah lama.
Dengan pemilih tradisional dan modern, dengan fenomena pemilih tradisional belum melek dengan media sosial. Dengan mengenyampingkan siapa yang menjadi walikota dan wakilnya, layanya lubuklinggau perlu memiliki pemimpin wajah baru dan wajah lama.
"Kolaborasi ini menjadi pilihan yang sulit ditolak oleh masyarakat, karena pada dasarnya, wajah lama mendominasi demografi pemilih atau ketokohan kesukuan menjadi daya tarik tersendiri bagi pemilih tradisional. Suko Sebagai Tokoh Musi. Sedangkan Rustam adalah entitas beberapa suku seperti Musi, Musi Rawas Utara, Litang 4 Lawang, Lembak, Rejang, Padang, Kikim Lahat, Komring, Jawa, dan tionghoa/pasar," jelasnya.
Kedua kolaborasi usia. Kolaborasi antara pemimpin muda dan pemimpin yang cukup matang dalam memimpin merupakan sebuah paradigma yang menarik dan bermanfaat dalam konteks kepemimpinan.