BACA JUGA:5 Alumni Akpol 1993 yang Pernah Tugas di Polda Sumsel, Kini Sudah Berpangkat Jenderal
Setelah itu, ia kembali ke Pekalongan dan mengikuti sebuah kursus polisi.
Ia lalu berkiprah di dunia kepolisian dan ia juga telah menduduki beberapa jabatan yang penting.
Contohnya adalah Kapolri pada tahun 1968 hingga 1971, Sekretaris Kabinet (Maret hingga Juli 1966), dan Direktorat Jenderal Imigrasi tahun 1961 hingga 1964.
BACA JUGA:Mantan Kopasus, Jenderal Agus Subianto Panglima TNI, Begini Perjalanan Kariernya
Namun, meskipun dirinya pernah menduduki jabatan yang penting tersebut, Hoegeng taklah merta hidup dalam kemewahan.
Bahkan, dirinya hidup sangatlah sederhana dan cenderung bergaya pas-pasan.
Dilansir Koranlinggaupos.id dari media Okezone, Hoegeng berkata ia enggan untuk dikawal saat ia bertugas, tidak mau mengambil jatah beras, dan ia tidak mengizinkan sang istri untuk menjadi ketua Bhayangkari.
BACA JUGA:Inilah Momen Bahagia Angela Adinda Nurrina Putri Jenderal TNI Andika Perkasa Dilamar Polisi
Putra Hoegeng, Didit, berujar bahwa keluarganya hidup di sebuah rumah yang disewa per bulan.
Selain itu, Hoegeng juga dikenal sebagai polisi yang jujur serta anti menerima suap. Kepribadiannya itu yang kini menjadi sebuah panutan bagi masyarakat di Indonesia.
Dan Hoegeng dikabarkaan meninggal dunia pada tanggal 14 Juli 2004 di Jakarta.
BACA JUGA:Tambah AHY dari Demokrat, Berikut Para Menteri Jokowi dari 4 Ketua Umum Partai dan 4 Jenderal
2. Jenderal TNI (Purn) Andi Muhammad Jusuf Amir
M. Jusuf merupakan panglima TNI yang sangat dekat dengan para prajurit-prajuritnya.
Dan ia dilahirkan di Bone, pada 23 Juni 1928 dan ia juga pernah menjabat sebagai Panglima TNI (ABRI) pada periode 1978 hingga 1983,