Ngga akan Money Politik, Caleg NasDem Lubuklinggau: Yang Nyogok dan Menerima Sama-sama Dosa

Minggu 19 Nov 2023 - 21:13 WIB
Reporter : Admin
Editor : Admin

Sudah menjadi rahasia umum bahwa saat ini politik transaksional sudah membudaya. Bahkan ada anekdot di masyarakat dengan sebutan wani piro yang dikonotasikan jika ingin dipilih berani kasih uang berapa. Atau jika diajak memilih “Ade sen dak. Alu cool perai day (ada uangnya atau tidak. Kalau tidak ada tidak mau). 

Laporan Muhammad Yasin, Lubuklinggau

Ditengah gencarnya money politik yang sebarnya juga dinginkan masyarakat, saat ini salah seorang Caleg Kota Lubuklinggau dari Partai NasDem, Syaiful Effendi ‘berani’ mengusung politik tanpa mahar. 

Caleg di daerah Pemilihan (Dapil) IV meliputi Kecamatan Lubuklinggau Timur 1 dan Lubuklinggau Timur 2, itu menegaskan tidak akan melakukan money politik. Syaiful Effendi sudah dua kali nyalon DPRD Kota Lubuklinggau yakin masih banyak masyarakat yang mau memilih tanpa diberi uang. 

“Masih banyak masyarakat yang mau memilih walaupun tidak diberi uang,” katanya saat diwawancara Harian Pagi Linggau Pos Minggu 19 November 2023.

BACA JUGA:Prediksi Ukraina vs Italia: Kualifikasi EURO 2024, Syarat Lolos, Tayang Kapan? Laga Penentuan

Ia mengaku sudah dua kali nyalon yang pertama tahun 2014 dibatalkan oleh KPU karena ada protes dari rekannya yang tidak menginginkannya jadi wakil rakyat. Yang kedua Pileg 2019. Diakuinya saat Pileg 2019 cukup banyak ‘amunisinya’ terkuras namun juga tidak terpilih. 

“Maka dari itu Pemilu 2024 ini saya tidak mau lagi seperti itu,” ungkapnya. 

Syaiful Efendi mengungkapkan jargon politik tanpa mahar itu tercetus karena sering mendengar ceramah bahwa orang yang ingin mendapatkan jabatan dengan cara menyogok yang disogok dan yang disogok sama-sama berdosa.

“Saya mendengar ceramah di masjid, ataupun saya mendengar ceramah di YouTube bahwa orang yang inginkan jabatan dengan cara menyogok maka yang memberi dan yang menerima sama-sama berdosa, maka saya betekad tidak akan money politik,” ungkapnya.

BACA JUGA:Pria di Lubuklinggau Jual Istri ke Pria Hidung Belang Rp 250 Ribu, Begini Kronologi Lengkapnya

Dengan jargon poltikntanpa mahar ini Syaiful Effendi menjelaskan dapat negatif bagi masyarakat jika memilih wakilnya karena dikasih uang maka ketika nanti wakil rakyat itu terpilih tentu tidak mau membantu rakyat yang memilihnya karena merasa sudah memberikan uang.

Beda halnya kalau rakyat memilih tanpa diberi uang tentunya wakil rakyat itu siap membantu seperti membantu anak yang mau masuk sekolah maupun membantu memperjuangkan pembangunan yang dibutuhkan masyarakat. 

“Pemahaman inilah yang perlu kita sampaikan kepada masyarakat,” jelasnya. 

Syaiful Effendi mengaku siap dengan konsekwensi jargon politik tanpa mahar tersebut.

Kategori :