KORANLINGGAUPOS.ID - Nasi Megono merupakan makanan khas daerah Pantura Jawa Tengah.
Makanan ini banyak ditemukan dan sangat familiar di wilayah Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Batang, dan Kabupaten Pemalang.
Megono berasal dari daerah Kota Pekalongan, karena makanan ini banyak ditemukan di warung-warung pinggir jalan di Pekalongan.
BACA JUGA:Resep Laksan Palembang Anti Gagal
Nasi Megono terdiri dari nasi yang diberi taburan nangka muda cincang yang dicampur dengan kelapa parut bersama dengan bumbu lainnya.
Nasi megono biasanya disajikan dengan mendoan, yaitu tempe tipis yang digoreng tepung dan setengah matang.
Segomegono merupakan makanan yang berupa nasi utama dengan lauk-pauk dan sayur-sayuran yang “disertakan dan dilampirkan” di dalamnya.
BACA JUGA:Ingin Masak Rendang Bumbu Jawa Pakai Daging Kurban? Ini Resep Sederhananya
Dari segi bahasa, Sego berarti nasi, sedangkan megono.
Jika ditelusuri, tidak ada akar kata Jawa asli untuk kata ini. Kemungkinan megono berasal dari kata mego (ditulis mega-merah) yang berarti awan/mega dan gegono (ditulis gegana-merah) yang berarti ruang.
Jadi kalau dirangkai menjadi satu kalimat mungkin berbunyi: Megono = Mego ing Gegono.
BACA JUGA:2 Resep Puding Cokelat Manis, Lembut, dan Lumer Di Mulut Cocok Jadi Kudapan Idul Adha 2024
Dahulu sesaji ini dibawa ke daerah-daerah bawahan Mataram Kuno, termasuk Pekalongan.
Di daerah Pantura, sesaji ini juga digunakan untuk berdekatan dengan Dewi Sri, penguasa padi. Hal ini menjamin hasil panen padi melimpah dan sejahtera.
Maka pada saat itu diadakan tumpeng megono sebagai persembahan kepada Dewi Sri. Hal ini terjadi pada masa Hindu.