Dari kisah Film “Lafran Pane” ini menyoroti perjalanan hidup Lafran Pane, pendiri Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dan memperkenalkan nilai-nilai perjuangan, keislaman, serta keindonesiaan yang diusungnya. Melalui film ini, penonton diajak untuk lebih mengenal tokoh nasional yang berjasa besar dalam sejarah Indonesia.
Kisah inspiratif menceritakan lafran pane sewaktu kecil bersekolah sering bolos, dan frontal dengan sekolah penjajahan belanda.
Karena kerasnya kehidupan yang ia jalani selama tumbuh besar tersebut, Lafran Pane kecil dikenal sebagai sosok pemberontak yang dekat dengan pertarungan di jalanan.
Akan tetapi, tokoh kelahiran Padang Sidempuan, 5 Februari 1922 ini merupakan pribadi yang cerdas.
BACA JUGA:Harga Perbawangan di Lubuklinggau Kembali Mengalami Kenaikan, Ini Dampaknya ke Pedagang
Lafran Pane yang bandel tersebut membuat kedua kakaknya, yakni Sanusi Pane dan Armijn Pane, mendorong adiknya agar tak menghabiskan waktunya untuk berkelahi.
Berbeda dengan Lafran kecil, Sanusi dan Armijn merupakan sosok kakak yang disiplin dalam pendidikan.
Oleh karenanya, keduanya berharap agar Lafran bisa tumbuh menjadi manusia yang hebat mengingat adiknya memiliki kecerdasan.
Berkat arahan kedua kakaknya, Lafran tumbuh jadi remaja yang berbeda dan lebih bertanggung jawab.
BACA JUGA:HBA ke-64 Kejari Lubuklinggau Berikan Bantuan 10 Rumah Swadaya ke 10 Keluarga di Kota Lubuklinggau
Akan tetapi, jiwa pemberontak yang sudah ada dalam diri Lafran tak pudar. Ia sempat dimasukkan penjara oleh tentara Jepang karena sifatnya itu ketika membela peternak sapi di sekitarnya.
Tumbuh dewasa, Lafran kemudian memilih melanjutkan pendidikan di Yogyakarta yang jadi rumah bagi pelajar dari berbagai daerah.
Ketika mengenyam pendidikan di Yogyakarta, Lafran menemui kenyataan bahwa banyak kaum muslim yang terdidik terlalu menggampangkan kaidah agama.
Berdasarkan situasi tersebut, ia kemudian mendirikan HMI sebagai wadah para mahasiswa muslim untuk berjuang untuk Indonesia dan Islam sekaligus.
Semua itu bermula dari sebuah peristiwa yang terjadi pada 5 Februari 1947 di Gedung Sekolah Tinggi Islam (STI-sekarang UII) di Jl. Pangeran Senopati 30, Yogyakarta.