Hal ini bisa juga dilihat dari lulusan pesantren tersebut, bagaimana akhlak, keilmuan dan prestasinya di masyarakat.
BACA JUGA:Ketua FORPESS Muba Tutup Usia, Sekda Apriyadi Salat dan Antar Jenazah ke Pemakaman
BACA JUGA:Menikmati Masa Liburan Idul Fitri, Ini Nasehat Ketua DPD FORPESS Kota Lubuklinggau Untuk Para Santri
Kedua, tega.
Perasaan berat dari orang tua tersebut (baik diketahui oleh anak ataupun tidak), hanya akan membuat anak semakin tidak betah berada di pesantren.
Karenanya, orang tua harus memiliki rasa tega untuk memasukkan anaknya ke pesantren, karena ini demi kebaikan anak dan orang tua di masa depan.
Ketiga, harus percaya dan ikhlas.
BACA JUGA:Ketua dan Pengurus DPD FORPESS Lubuklinggau Laksanakan Safari Ramadan 1445 Hijriah
Orang tua harus percaya bahwa pesantren tempat anaknya menimba ilmu adalah pilihan terbaik, dan akan memberikan pendidikan yang baik pula untuk sang anak.
Jika rasa percaya sudah muncul, maka akan diikuti oleh keikhlasan.
"Yakinlah bahwa pesantren memberikan pendidikan dan pembinaan 24 jam kepada anak. Melatih anak hidup mandiri dan bersahaja."pungkasnya.
Keempat, ikhtiar.
BACA JUGA:SDN 34 Lubuk Linggau Memiliki Ekskul Unggulan
Orang tua harus terus berikhtiar dan berusaha semaksimal mungkin dengan jalan yang baik untuk terus membiayai kebutuhan anak di pesantren, karena dengan ikhtiar yang maksimal dan kemauan anak belajar maksimal, tentu akan membawa kebaikan dan kemudahan bagi orang tua dan anak.