MUSI RAWAS, KORANLINGGAUPOS.ID – Kurangnya minat generasi muda untuk mengetahui tentang batik dan menekuni usaha batik, menjadi tantangan tersendiri dalam perkembangan batik di Kabupaten Musi Rawas (Mura) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel).
Perlu diketahui batik memiliki nilai seni yang tinggi dan tentunya sangat beragam di Indonesia, selain itu begitu banyak jumlah motif yang ada mulai dari Aceh hingga Papua motifnya pasti berbeda-beda.
Bahkan organisasi dunia UNESCO pun telah menetapkan jika batik sebagai warisan kemanusia untuk budaya lisan dan Nonbendawi, namun saat ini kenyataannya pengakuan nilai seni batik tinggi dan mendapat apresiasi dari orang luar, justru minat masyarakat Indonesia, khususnya di Musi Rawas sendiri masih sangat kurang. Terutama pada generasi milenial.
Saat diwawancarai, pengrajin Batik Musi Rawas, Nurida Setia Wati, mengatakan untuk saat ini dirinya sangat kesulitan untuk melakukan regenerasi pembatik di Musi Rawas, ini dikarenakan minat masyarakat yang ingin belajar membatik belum ada.
BACA JUGA:Intip Promo Terbaru di Tata Pesona Sriwijaya Batik Lubuk Linggau
BACA JUGA:Batik Durian Rampak: Karya Terbaru Pembatik Lubuk Linggau Gambarkan Filosofi Kemajuan Kota
Bahkan dirinya beberapa tahun yang lalu telah membuka pelatihan gratis untuk masyarakat yang ingin belajar membatik dengan seluruh biaya itu ditanggung dirinya, untuk regenerasi pembatik.
"Di Tahun 2020 itu ada sekitar 15 orang anak muda yang belajar membatik, namun saya lihat ketertarikan mereka untuk membatik itu lemah, karena mereka langsung membandingkan dengan kerja ditempat yang lain, sudah bisa memastikan setiap bulannya mendapatkan gaji yang besar," ungkapnya saat dibincangi KORANLINGGAUPOS.ID, Rabu 29 Januari 2025.
Namun dengan belajar membatik atau menjual hasil batik itu belum tentu cepat laku, apalagi pemasarannya hanya di lingkup Kabupaten Musi Rawas, bahkan pembeli yang cukup banyak itu hanya di OPD-OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Musi Rawas.
Dengan pemasaran yang sempit ini, mereka sepertinya tidak mempunyai harapan kedepan sehingga mereka yang belajar tadi itu lebih memilih bekerja sebagai penjaga toko, atau kerja di rumah tangga, menurut mereka itu lebih jauh menguntungkan bahkan cepat mendapatkan hasilnya.
BACA JUGA:Dekranasda Lubuk Linggau, Sedia Beragam Oleh-oleh Khas Termasuk Batik Durian
BACA JUGA:6 Cara Unduh Sertifikat PembaTIK 2024, Lengkap dari Semua Level
Dari pada memproses sebuah batik yang begitu lama serta nilainya tidak begitu tinggi, dengan begitu mereka dengan sendirinya mundur dengan teratur.
Padahal tegasnya, jika ditekuni pasar batik yang dikelola saat ini sudah mulai banyak pemesannya dari pulau jawa, bahkan ada juga yang memesan batik ini untuk dibawa keluar Negeri seperti Jepang dan Belanda.
"Untuk saat ini kita sudah memproduksi 10 motif batik, diantaranya itu batik motif kuali pecah, batik motif tepelayo, Batik motif candi Bingin Jungut, batik motif sungai kelingi dan batik motif kruntung serta batik motif kopi selangit. Kami juga berharap kedepannya semoga Pemerintah Kabupaten Musi Rawas, melalui dinas-dinas terkait bisa meluangkan waktu membuat program, membuat regulasi dan membuat anggaran untuk mengembagkan pembatik yang ada di Musi Rawas," ungkapnya.