Tidak hanya air sungainya yang tetap bersih, senjata-senjata Belanda juga konon selalu rusak ketika digunakan untuk menyerang wilayah ini.
Selain kisah tentang Belanda, ada juga kepercayaan bahwa di Sungai Tawar terdapat mata air yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit.
Mata air ini terletak di sekitar belakang Musala Darussalam, yang juga didirikan oleh Kiai Kemas Abu Nawar.
Masyarakat dari berbagai daerah, bahkan dari luar negeri seperti Brunei Darussalam, rela datang jauh-jauh hanya untuk mengambil air dari mata air tersebut.
BACA JUGA:Objek Wisata Sungai Malus Belum Ada Izin Baru Sebatas Dibentuk Pokdarwis
Mereka percaya bahwa air ini dapat menjadi obat penyembuh berbagai penyakit, meskipun diambil dari dalam parit yang tampak kotor.
Menurut warga setempat, air dari mata air Sungai Tawar tetap jernih, meskipun diambil dari area yang terkesan kumuh.
Hal ini semakin memperkuat kepercayaan bahwa mata air tersebut memiliki keajaiban.
Seiring dengan perkembangan kota dan bertambahnya jumlah penduduk, Sungai Tawar kini hanya memiliki lebar sekitar 2 meter.
BACA JUGA:Dinas PUPR Lubuk Linggau Bongkar Jembatan Sungai Malus yang Putus, Berikut Perkembangan Terbaru
Sayangnya, meskipun memiliki kisah dan keunikan yang bisa menjadi daya tarik wisata, hingga kini pemerintah belum memberikan perhatian khusus untuk mengelola dan menjaga kelestariannya.
Ketua RT 15, M. Haris Fadillah, menyayangkan hal ini.
Menurutnya, jika Sungai Tawar dikelola dengan baik, bukan tidak mungkin tempat ini bisa menjadi destinasi wisata religi dan sejarah, sekaligus membantu meningkatkan ekonomi warga sekitar.
"Seharusnya pemerintah bisa mengembangkan Sungai Tawar seperti di Thailand, menjadikannya tempat wisata sekaligus menjaga peninggalan bersejarah," kata Haris.
BACA JUGA:Petani Bersyukur Sungai Kesie Jadi Lokasi Objek Wisata
Dengan potensi historis, religius, dan kesehatan yang dimiliki, masyarakat berharap agar pemerintah segera mengambil langkah-langkah strategis untuk melestarikan Sungai Tawar.