Refleksi Hikmah Banjir Besar Melanda Muratara Tercinta Januari 2024

Selasa 16 Jan 2024 - 21:38 WIB
Reporter : HERMANSYAH SYAMSIAR
Editor : HERMANSYAH SYAMSIAR

Peristiwa banjir besar katagori bandang yang menimpa daerah dampak dari pembabatan hutan dan tambang liar (tidak berdampak pada Pendapatan Anggaran Daerah) yang tidak beraturan secara liar di uluan sungai hingga merusak struktur tanah sungai jadi keruh dan rusak biota sungainya, ini merupakan sebuah aib yang tak bisa ditutupi lagi. 

Penebangan pohon dilakukan di mana-mana. Hektaran lahan hutan berubah menjadi kebun bukan serapan. Sebagian lahan hijau telah berubah menjadi perkantoran, perumahan-perumahan yang dihuni manusia.

BACA JUGA:PLN Percepatan Upayakan Pemulihan Listrik Pasca Banjir di Muratara

Akibatnya, tak ada lagi akar pohon yang mampu menyerap air saat hujan. Ketika hujan deras datang, air langsung memenuhi sungai. Sementara sungai dimana-mana juga sudah mengalami pendangkalan akibat sampah manusia dibuang ke sungai. Tidak heran jika terjadi banjir dimana-mana. 

Maka, tulis Hermansyah Syamsiar, harus ada upaya membangun kesadaran warga terhadap bencana banjir sama pentingnya dengan membangun sarana fisik pengendali banjir. 

Upaya penanggulangan banjir membutuhkan peran aktif, bukan hanya dari pemerintah maupun masyarakat, melainkan juga seluruh stakeholder yang terlibat. Dua Sungai yakni Sungai Rupit dan Sungai Rawas di uluan sungai hingga ilir muara rawas dan sebagian anaknya sungai di antaranya berpotensi menimbulkan banjir. 

Banjir disebabkan oleh kegiatan manusia yang menyebabkan perubahan tata ruang, curah hujan yang tinggi, dan degradasi lingkungan. Di sisi lain, upaya pemerintah belum sepenuhnya ada progress penganggaran spesifikasi mengendalikan dan menanggulangi banjir.

Misalnya melalui peningkatan kapasitas sungai-sungai, mengalihkan aliran sungai, merehabilitasi situ-situ, serta pengerukan. Tetapi itu saja saja tidak cukup. Harus ada upaya-upaya lain, termasuk partisipasi dari masyarakat supaya jangan menambah bahan-bahan yang dapat menyebabkan erosi sungai. Musibah banjir yang luar biasa kali ini dapat menjadi pembelajaran untuk kajian kedepan dalam penganggaran progress prioritas pemerintah. 

Apabila ada banjir melanda Muratara banyak ketimpangan sosial ekonomi dihadapi oleh masyarakat titik rawan banjir terutama bagian rawas tengah dan rawas ilir jalur transfortasi diantaranya ada 11 titik rawan perlu peningkatan, maka dulu sering saya kritisi pedas pada pemerintahan kepemimpinan Syarif –Devi, Alhamdulillah sejak itu sampai sekarang tinggal 4-5 titik yang krusial perlu menjadi perhatian kedepan dalam penganggaran prioritas.

Kekinian apabila ada peristiwa banjir melanda walaupun hanya berlangsung dalam hitungan jam,hari apalagi pekanan lebih tapi akibatnya sangat panjang dan menyebabkan kerugian materi. Ada beberapa rumah yang rusak parah, infrastruktur jalan, jembatan putus. Alat transportasi yang mogok. Fasilitas umum yang terganggu. 

Selain dari pada itu nikmat keberkahan hidup dicabut oleh Allah dan maksiat merajalela hingga mempermudah bencana musibah datang karena rusak hubungan dengan Allah lalu doa kita tidak diterima-terima, begitu juga hubungan dengan alam serta sesama dengan manusia dicederai dengan kemaksiatan, tipu muslihat, hasud dan iri dengki. 

BACA JUGA:5 Hikmah Banjir Besar yang Melanda Muratara, Catatan Hermansyah Syamsiar Ketua Komisi 1 DPRD Muratara

Ali bin Abi Tholib –radhiyallahu ‘anhu– mengatakan, “Tidaklah musibah tersebut turun melainkan karena dosa. Oleh karena itu, tidaklah bisa musibah tersebut hilang melainkan dengan taubat.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)

Selaras dengan firman Allah Ta’ala, : “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)

Ibnu Qoyyim Al Jauziyah –rahimahullah- mengatakan, “Di antara akibat dari berbuat dosa adalah menghilangkan nikmat dan akibat dosa adalah mendatangkan bencana (musibah). Oleh karena itu, hilangnya suatu nikmat dari seorang hamba adalah karena dosa. Begitu pula datangnya berbagai musibah juga disebabkan oleh dosa.” (Al Jawabul Kaafi, hal. 87)

Hermansyah Syamsiar menekankan, refleksi dari peristiwa menjadi sebuah pelajaran berharga yang harus kita petik hikmahnya. 

Kategori :