Padahal, menurut ibu yang akrab dipanggil Bunda RD Kedum itu tidak tersignifikan seperti itu. Banyak hal yang lebih urgen persoalan-persoalan di negeri ini daripada sekadar makan siang gratis.
BACA JUGA:5 Makanan yang Patut Dihindari Saat Menstruasi, Nomor 5 Dapat Memicu Nyeri Semakin Parah
“Yang menjadi pertanyaan adalah dari mana anggaran yang akan diglontorkan untuk program ini. Tidak heran para pengamat ekonomi membicarakan hal ini dari untung dan ruginya,” tuturnya.
Ia mencontohkan, pengamat sekaligus Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esther Sri Astuti yang menyebut kebijakan tersebut merupakan kebijakan populis tidak mendesak, dan menghabiskan anggaran dalam jumlah besar.
Jika dihitung-hitung, anggaran direncakan sekitar Rp 466 trilliun per tahun hanya untuk makan siang gratis. Anggaran tersebut lebih besar dari pada anggaran pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya. Selanjutnya program makan siang gratis ini belum tentu akan berdampak panjang.
Mengamati hal di atas, anggaran yang cukup besar tersebut sungguh tidak masuk akal. Alangkah baiknya anggaran makan siang gratis seperti itu untuk investasi sehingga ada perluasan kesempatan kerja, atau memprioritaskan sekolah gratis bagi anak-anak Indonesia yang saat ini masih banyak yang belum merasakan bagaimana sekolah gratis yang sebenarnya. Karena masih ada pungutan-pungutan di luar iuran bulanan/SPP, dan biaya pendidikan hingga saat ini masih terasa memberatkan terutama bagi masyarakat menengah ke bawah.
BACA JUGA:8 Tips Memilih Makanan Instan Aman untuk Berbuka Puasa di Bulan Ramadhan
Meski begitu, kalau pun keputusan akhir makan siang gratis tetap dilaksanakan, maka tetap harus mempertimbangkan dampak langsung terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.(*)