Ayat terakhir sama sekali melarang minuman beralkohol: “Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji (dan) termasuk perbuatan setan. Maka, jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung.” (QS. Al-Ma’idah: 90).
BACA JUGA:Catat Inilah 6 Keutamaan Membaca Surat Al Fath di Awal Bulan Ramadhan
Ketiga, menguatkan mental kesiapan Rasulullah SAW.
Jeda antar wahyu yang turun diperlukan untuk memastikan bahwa Nabi Muhammad SAW dan para sahabat siap menerima, menyebarkan, dan bertindak berdasarkan setiap rangkaian ayat berikutnya. Terlebih lagi, turunnya Al-Qur’an secara sebagian juga memperkuat tekadnya untuk menghadapi segala kesulitan yang ada.
Dalam Al Quran disebutkan: “Dan orang-orang kafir berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?” Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan dan benar).” (QS. Al Furqan: 32).
Keempat, memperkuat pesan Al-Quran.
Sebuah pesan yang diperkuat selama bertahun-tahun melalui pengingat yang terus-menerus kemungkinan besar akan memiliki dampak yang jauh lebih besar dibandingkan pesan serupa yang hanya disampaikan satu kali saja. Oleh karena itu, turunnya Al-Quran dalam porsi tertentu menghidupkan kembali keimanan umat Islam awal yang menghadapi tekanan besar dari masyarakat untuk kembali ke jalan musyrik.
BACA JUGA:10 Hari Pertama Keistimewaan Bulan Ramadhan Dan Amalan Yang Dianjurkan
Perintah yang diulang-ulang dalam Al-Qur’an untuk tidak mempersekutukan Allah memungkinkan umat Islam untuk lebih kuat menegakkan Tauhid. Orang-orang beriman juga diingatkan oleh Allah, melalui wahyu-wahyu yang berturut-turut, untuk merenungkan alam semesta dan banyaknya tanda-tanda-Nya di dalamnya, guna mencapai keimanan yang lebih dalam.
Kelima, memudahkan belajar Al-Quran.
Turunnya Al-Qur’an secara bertahap memungkinkan Nabi Muhammad Saw dan para pengikutnya lebih mudah menyampaikannya kepada orang lain. Selain itu, beberapa umat Islam awal mampu menghafal seluruh Al-Quran yang terbukti sangat membantu pada saat kompilasi resminya dalam bentuk kitab utuh setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw. Jika seluruh Al-Quran diwahyukan sekaligus, orang-orang mungkin akan kesulitan memahami bahkan ajaran dasarnya.
Dalam Al Quran disebutkan: “Dan Al-Qur’an (Kami turunkan) berangsur-angsur agar engkau (Muhammad) membacakannya kepada manusia perlahan-lahan dan Kami menurunkannya secara bertahap.” (QS. Al-Isra: 106).
BACA JUGA:Raih Ampunan saat Ramadhan, Begini Cara Bertaubat yang Benar
Keenam, bukti Al-Qur’an adalah wahyu Allah.
Salah satu bukti asal muasal Al-Qur’an adalah meskipun diturunkan dalam kurun waktu 23 tahun, namun tidak ada inkonsistensi di dalamnya. Jika Al-Qur’an adalah hasil karya manusia, pasti ada kontradiksi dalam isinya. Allah berfirman, “Maka tidakkah mereka menghayati (mendalami) Al-Qur’an? Sekiranya (Al-Qur’an) itu bukan dari Allah, pastilah mereka menemukan banyak hal yang bertentangan di dalamnya.” (QS. Al-Nisa :82). Keajaiban Al-Quran ini tidak akan terwujud jika diturunkan sekaligus.(*)