KUMPULAN PUISI METROPOLIS AH SIREGAR Padang 2020 - Lubuklinggau 2024
KUMPULAN PUISI METROPOLIS AH SIREGAR-ilustrasi-moritz320
SILAMPARI
Tempat cerita putri jelita tumbuh dan hilang
Tempat pendekar bersemayam
Tempat pejuang dimuseumkan
Tempat segala tragedi terjadi
Lalu kemanakah semuanya tumbuh?
Apakah tumbuh dalam ingatan anak
Yang sedari kecil dijejal handphone terkini
Lalu kemanakah cerita pendekar menjalar?
Apakah menjalar sampai ubin gedung pengetahuan
Yang kini makin sayu dan layu
Dimanakah bukti-bukti sejarah bersemayam?
Apakah di dinding yang dihinggapi lumut?
Apakah terbawa arus globalisasi?
Lalu kemanakah mereka tumbuh?
Lubuk Linggau, 2024
KEAKUAN
Alam melapangkan ketenangan
Tirani-tirani menyibaknya dengan kekuasaan
Lalu dengan apa lagi kami menyemai?
Benda yang mana segalanya bisa tumbuh
Di bongkar pasang atas nama kemajuan
Lalu dengan apa lagi kami memuai?
Alam yang melapangkan ketenangan
Disulap jadi ujian yang menegangkan
Dengan apa lagi kami menyemai?
Bukankah, memang. bukan kami yang memilih
Tapi setidaknya murahkanlah kami dalam mencapai kenyamanan
Mudahkanlah kami untuk segala kebenaran
Temukanlah kami dengan jalan terang
Bukankah kamu wali kami
Yang nurani di atas kami?
Bukankah? Bukan. Kah?
Padang, 2022
DI TANAH KAMI
Di abad ke-20 ini
Dimana teknologi meluncur begitu cepat dan canggih
Hantu pembangunan dihidupkan kembali
Dilengkapi dasi, sepatu, dan rambut yang tertata bergitu ciamik
Decak kagum manusia darah biru menggebu
Dibelakang sekali hantu menghantui
Petani-petani ber-ideologi
Bertani adalah pekerjaan mulia di tanah kami
Dibelakang sekali hantu menghantui
Petain ber-ideologi
Maka hantu goyahkan ideologi petani
Dengan traktor yang begitu keji
Lalu hantu lepas tukang pukul
Yang begitu kekar dan kebal
Decak kagum manusia darah biru menggebu
Bertani adalah pekerjaan mulia di tanah kami
Lambat laun hantu ganti
Bertani adalah pekerjaan hina di tanah kami
Padang, 2020
MINGGU
Di hari minggu yang pilu
Dimana matahari sembunyi karena malu
Kawan kawan sibuk bersandar didinding maya
Karena begitu penat didera nyata
Di hari minggu yang kalut
Dimana bulan mulai menapaki langit
Kupu kupu terbang kesana kemari
Demi sesuap nasi dan rokok disela jari
Padang,2020
KUPU-KUPU
Di jalan jahanam ibukota
Belakang punggungku
Tubuh hangat bertumpu
Dan dagu lancip tertanam pada bahuku
Entah setan apa
Yang masuk dalam dirimu
Kau tiba-tiba saja
Bercerita tentang ibumu
Demi isi perutku dan susuku
Dahulu ibuku rela jadi kupu-kupu
Padang, 2020
Penulis
Ardi Hamonangan (AH) Siregar
Ig: @ardisiregar_