Pasca Banjir Muratara, Warga Mengeluhkan Naiknya Harga Sembako
Proses distribusi bahan pangan dari luar untuk masuk ke Desa Tanjung Agung Kecamatan Karang Jaya Kabupaten Muratara membutuhkan perahu, pasca putusnya jembatan karena banjir bandang.-Foto : Dokumen Pemdes Tanjung Agung -
MURATARA, KORANLINGGAUPOS.ID – Jembatan putus, bikin harga sembako mahal. Hal itulah yang dirasakan masyarakat Desa Tanjung Agung, Kecamatan Karang Jaya, Kabupaten Musi Rawas Utara (Muratara) pasca banjir bandang melanda April 2024.
Selain kenaikan harga sembako, warga juga merasakan naiknya harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Saat diwawancara KORANLINGGAUPOS.ID, Jumat 3 Mei 2024 Kepala Desa Tanjung Agung, didampingi BPD dan Sekretarisnya, Pauzan mengatakan untuk saat ini kondisi aktivitas warga sudah berjalan dengan lancar, hanya saja memang sebagian masyarakat yang bermata pencaharian tambang emas masih kesulitan dalam hal penyebrangan sungai akibat jembatan yang putus.
Apalagi anak sekolah dan guru yang mengajar di luar, seperti di Desa Muara Batang Empu, mereka sangat membutuhkan jembatan tersebut untuk akses menyeberang sungai.
BACA JUGA:Destinasi Wisata Muratara, Lepas Penatmu di Air Terjun Ulu Tiku Karangjaya
Memang untuk sekarang sudah ada fasilitas perahu dari TNI untuk menyeberang secara gratis, namun terkadang mereka belum ada di lokasi, terpaksa anak dan guru harus membayar jasa perahu warga untuk menyeberang sungai.
“Alhamdulillah untuk biaya penyebrangan sekarang sudah turun harganya, untuk per kepala cukup membayar biaya sebesar Rp 5.000 dan untuk kendaraan roda dua perlu membayar biaya sebesar Rp 10.000,” jelasnya.
Terkait dengan kenaikan harga sembako di Desa Tanjung Agung, ia membenarkan hal tersebut.
“Distribusi pangan jadi terganggu, jadi kenaikan harga sembako tembus Rp 2-3 ribu per Kg dari harga normal baik dari harga sembako maupun BBM,” terangnya.
Regen selaku warga Desa Tanjung Agung juga angkat bicara terkait masalah ini.
BACA JUGA:PD Muhammadiyah Kota Lubuklinggau Kembali Salurkan Bantuan Bencana Muratara
“Kami sangat mengeluhkan akan hal ini, apalagi masalah anak-anak sekolah dan para guru yang harus belajar dan mengajar menimba ilmu mengalami kesulitan dari akses penyebrangan sungai itu, miris sekali jika mereka harus mengeluarkan biaya setiap hari untuk biaya penyebrangan, meskipun sekarang sudah ada fasilitas dari pihak TNI. Ditambah dengan kenaikan harga sembako yang juga mengalami lonjakan akibat akses distribusi pasokan ke Desa kami terganggu sehingga menyebabkan ketidakstabilan perekonomian warga. Hal itu sebenarnya kami maklumi karena memang untuk mengantarkan barang sampai lokasi juga membutuhkan biaya tambahan. Namun untuk pihak pemerintah harapannya ada solusi untuk permasalah jembatan kami,” harapnya.
Pemerintah Desa Tanjung Agung sangat berharap adanya realisasi jembatan baru secepatnya untuk warga mereka.
“Meskipun sulit pengadaan jembatan baru yang permanen setidaknya ada jembatan sementara sebagai penghubung antara Desa Tanjung Agung dan Sukamenang yang bisa digunakan oleh masyarakat setempat untuk aktivitas penyeberangan, agar kegiatan seperti anak sekolah maupun aktivitas ekonomi masyarakat dapat berjalan kembali dengan lancar,” harapnya.(*)