Jangan Sepelekan Imunisasi dan Skrining ! Ini Pesan Menkes

Strategi untuk menjaga kesehatan masyarakat melalui upaya promotif dan preventif merupakan bagian dari transformasi layanan kesehatan primer-Foto : Dok Pribadi-

“Kasus kanker serviks di Indonesia naik terus. Sekarang, sudah ada vaksinnya. Vaksin HPV untuk anak perempuan usia 11-12 tahun, kemudian naik untuk usia 15-16 tahun, akhirnya naik diberikan untuk usia 21 tahun. Diberikan vaksinnya buat anak-anak dan remaja, karena mereka bisa menjadi carrier (pembawa),” sambungnya.

Pemberian vaksin PCV dan Rotavirus juga didasari tingginya angka kematian balita akibat pneumonia dan diare. Padahal, sudah ada vaksin yang dapat mencegah dua penyakit tersebut.

BACA JUGA:UPT Puskesmas Sidorejo Lubuklinggau Targetkan 2.941 Anak Terima Imunisasi Polio 2024

BACA JUGA:Warga Kecamatan Stl Ulu Terawas Musi Rawas, Antusias Mengikuti Pekan Imunisasi Nasional Polio

“Vaksin HPV, PCV, dan Rotavirus disorot dunia. Indonesia akhirnya melakukan imunisasi dengan ketiga vaksin tersebut. Ini adalah program nasional yang sangat besar dan tentunya berkat keberhasilan kepemimpinan Bapak Presiden Jokowi,” imbuh Menkes Budi.

Lakukan skrining untuk deteksi resiko penyakit

Upaya preventif lainnya dalam layanan kesehatan primer adalah skrining. Skrining yang paling masif dilakukan adalah skrining penyakit gizi pada balita.

“Skrining penyakit yang terbayang oleh kita biasanya skrining penyakit jantung, stroke, diabetes. Yang paling masif kami lakukan adalah skrining penyakit gizi balita, yakni stunting. Stunting termasuk penyakit gizi dengan gizi kurang dan ini diskrining,” jelas Menkes Budi Gunadi Sadikin.

BACA JUGA:Warga Lubuklinggau Antusias Antar Anak Imunisasi Polio di UPT Puskesmas Megang

BACA JUGA:Dinas Kesehatan Muratara Sukses Launching Pekan Imunisasi Nasional 2024, ini Pesan Wakil Bupati H Inayatullah

“Cara skriningnya dengan mengukur tinggi dan berat badan. Dulu, pengukurannya tidak standar. Sekarang, ada alat yang namanya antropometri buat skrining. Fungsinya, sebagai alat ukur tinggi dan berat bayi.”

Kemenkes telah mendistribusikan lebih dari 300.000 alat antropometri ke posyandu di seluruh Indonesia untuk menstandarkan proses penimbangan, mengingat sebelumnya alat timbang di posyandu tidak terstandar.

“Antropometri ini kami kirim secara masif. Sebanyak 1,5 juta kader posyandu diajarkan cara menimbang. Ini program yang luar biasa,” imbuh Menkes Budi.

Lebih lanjut, Menkes Budi menjelaskan, skrining masif juga dilakukan untuk bayi dalam kandungan. Skrining ini memerlukan biaya sangat besar karena melibatkan pengadaan alat ultrasonografi (USG) untuk 10.000 puskesmas.

BACA JUGA:Sudah Imunisasi Polio Lalu Kembali Diimunisasi Saat PIN Polio Apakah Aman, Ini Penjelasan dr Ricky

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan