Ini Bahaya Anak Sering Main Gedget, Kemenkes Dukung Program Pembatasan Gadget dan Medsos
Setelah dilakukan skrining, diketahui keterlambatan bicara ini akibat banyak aktivitas anak tidak bermain dengan teman-temannya secara sosial biasa -Foto : Riena/Linggau Pos-
LUBUK LINGGAU, KORANLINGGAUPPOS.ID - Siapa disini yang masih menenangkan anaknya dengan memberikannya Handphone.
Mendiamkan anak dengan menyuruhnya menonton youtube. Jangan lagi yah.
Membiarkan anak terlalu sering bermain gadget, dapat menghambat perkembangannya.
Salah satunya, bisa menyebabkan anak kita telat berbicara. Melalui laman media sosialnya, RS A Bunda Kota Lubuk Linggau berikan penjelasan apa tanda anak kita telat bicara dan bagaimana mengatasi anak terlambat berbicara.
Anak terlambat bicara atau speech delay biasanya ditandai dengan ketika usia 18 bulan belum mampu mengucapkan enam kata.
Lalu diusia 24 bulan belum bisa mengucapkan kalimat yang terdiri dari dua kata. Dan saat usia 36 bulan belum mampu meminta sesuatu dengan jelas cara pengucapannya.
Lalu bagaiman untuk mengatasinya. Secara non medis tentu hal yang utama harus dilakukan para orang tua dengan membatasi anak atau mengurangi anak menggunakan gadget. Selain itu rajin menanyakan anak apa yang dia inginkan dan tunggu sampai dia menjawab. Sering berinteraksi dengan mengobrol, bercerita dan menyebut nama benda.
Secara medis, tentu dengan melakukan terapi wicara. Melalui terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan bicara dan mengekspresikan bahasa kepada anak.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pun sudah mengingatkan masyarakat. Ada dua dampak kesehatan bagi anak yang dibiarkan sering bermain gadget dan media sosial. Dua masalah kesehatan itu meliputi, gangguan mental dan psikomotorik.
Untuk dua gangguan mental yang ditimbulkannya, mulai dari gangguan kecemasan (anxienty disorder) hingga depresi (depression disorder). Kedua gangguan mental ini sedang banyak dialami anak-anak.
Selain gangguan mental, fisik anak juga akan berdampak, terutama dalam hal psikomotorik.
"Kita banyak melihat anak-anak yang terlambat bicara sehingga kita butuh banyak terapis-terapis wicara," tambahnya.