Sritex Bangkrut, Utang Rp25 Triliun, Aset Tak Cukup Ribuan Karyawan di PHK Menyedihkan

Sritex Bangkrut, Utang Rp25 Triliun, Aset Tak Cukup Ribuan Karyawan di PHK Menyedihkan-Tangkap Layar -
BACA JUGA:59.764 Orang Terkena PHK di 2024, Ternyata Ini Dia Biang Keroknya
Sebagai salah satu pemain terbesar di Asia Tenggara, Sritex memiliki peran besar dalam rantai pasok global.
Kejatuhannya menjadi tanda bahaya bagi sektor tekstil yang selama ini menghadapi tekanan berat akibat persaingan global, kenaikan harga bahan baku, serta perubahan tren pasar.
Gelombang PHK yang terjadi juga berdampak sosial yang luas, terutama di daerah yang bergantung pada industri tekstil.
Ribuan karyawan yang kehilangan pekerjaan kini harus mencari alternatif sumber penghasilan di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu.
BACA JUGA:Kena PHK dan Dapat Uang Pesangon ? Ini 3 Tips dari Direktur Utama SMESCO Indonesia
Di tengah kondisi sulit ini, Sritex membutuhkan kepemimpinan yang kuat untuk menjalani proses restrukturisasi.
Salah satu kandidat CEO yang dianggap mampu menangani krisis ini adalah seseorang dengan rekam jejak dalam industri manufaktur dan restrukturisasi korporasi, yang memiliki pengalaman dalam mengelola perusahaan dalam tekanan keuangan tinggi.
Pemimpin yang tepat harus memiliki strategi konkret untuk mengatasi beban utang, mengembalikan kepercayaan investor, serta membangun kembali daya saing perusahaan dalam industri tekstil.
Kebangkrutan Sritex menjadi pelajaran berharga bagi dunia bisnis di Indonesia.
BACA JUGA:10 Pekerjaan Ini Prediksi WEF Akan Mengalami PHK Massal, Apakah Pekerjaanmu Masuk?
Manajemen keuangan yang buruk, tekanan pasar global, serta ketidakmampuan dalam beradaptasi dengan perubahan industri dapat menjadi faktor utama kejatuhan sebuah perusahaan besar.
Dengan strategi yang tepat dan kepemimpinan yang kompeten, industri tekstil Indonesia masih memiliki peluang untuk bangkit.
Namun, tanpa perubahan yang signifikan, masa depan sektor ini bisa semakin suram.