Januari-Maret 2025 Tercatat Ada 7 Kasus Terhadap Perempuan dan Anak

Kantor Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (DPPPA) Kabupaten Musi Rawas - FOTO : Gilang Andika-
MUSI RAWAS, KORANLINGGAUPOS.ID – Kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Musi Rawas (Mura) saat ini masih cukup tinggi. Terbukti Januari - Maret 2025, Dinas Pemberdayaan Perlindungan Perempuan dan Anak (DPPPA) Mura mencatat sudah ada tujuh kasus kekerasan terhadap anak maupun perempuan.
Sedangkan di tahun 2024 kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten Mura. Teradata ada 35 kasus.
Saat dibincangi KORANLINGGAUPOS.ID, Kamis 13 Maret 2025 Kepala DPPPA Kabupaten Mura, Muhammad Rozak, SE melalui Kepala UPT PPA, Joni Candra,Sos mengungkapkan di Januari 2025 ada empat kasus yang terjadi.
“Empat kasus tersebut meliputi tiga kasus kekerasan terhadap anak-anak dan satu kasus Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT),” ungkap Joni.
Sedang di bulan Februari 2025 kasus kekerasan terhadap perempuan yang ada tercatat ada dua kasus meliputi satu kekerasan terhadap anak-anak dan satu kasus terhadap perempuan.
Sementara di bulan Maret 2025 sampai saat ini 13 Maret 2025 tercatat ada satu kasus kekerasan terhadap perempuan.
Joni menegaskan, terjadinya kasus kekerasan pada anak dan perempuan di Kabupaten Mura, karena ada beberapa faktor penyebabnya.
Diantaranya faktor keluarga yang broken home, faktor ekonomi, bullying antar teman, serta kasus masyarakat yang sering melakukan judi online.
Tidak hanya itu saja, terkadang ada juga kasus anak yang menjadi korban dari keluarganya sendiri, seperti kedua orang tua sudah pisah, dan anak tersebut mengikuti ayah maupun ibu, dan tinggal bersama keluarga dari ayah maupun ibu.
Dari situlah terjadi kasus seksual dan kekerasan pada anak tersebut dapat terjadi. Sedangkan faktor ekonomi sering terjadi kepada masyarakat yang memiliki golongan ekonomi kebawah.
Yang mana masyarakat berekonomi kebawah, lebih banyak memanfaatkan uangnya untuk bermain Judi Online (Judul), dari pada dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari.
Sedangkan faktor lingkungan sekitar, sering terjadi karena anak sering dibebaskan bergaul dengan siapa saja dan tanpa pengawasan.
Yang berdampak terhadap pendidikan, para korban akan malas untuk melanjutkan pendidikan jadi otomatis akan berdampak dengan pendidikan yang rendah.