Pempek Panggang Khas Palembang Laris di Lubuklinggau
Sumiati penjual pempek panggang khas Palembang di belakang Masjid Agung As Salam-Foto : Hikmah-Linggau Pos
BACA JUGA:Bisnis Furniture Kayu Jati di Lubuklinggau, Tak Lekang Oleh Waktu
Dalam berjualan, Sumiati tidak dibantu oleh siapa pun, karena ia baru saja ditinggal suaminya berpulang ke Rahmatullah akibat mengidap sakit maag kronis. Jadi, mau tidak mau ia harus mencari nafkah seorang diri.
“Ibu numpang di rumah mertuo. Anak ibu ado tigo, yang nomor satu sudah menikah, yang nomor duo begawe merantau, nah nomor 3 masih SMP kelas VIII,” ungkapnya.
Sumiati berharap, ia mendapat bantuan UMKM dari pemerintah, karena ia tidak mempunyai modal lagi untuk mengembangkan usahanya.
Disebut pempek bakar karena proses pembuatannya dimakan dengan cara dibakar di atas bara api, berbeda dengan pempek lain yang digoreng.
BACA JUGA: Toko Cemerlang Tailor, Pusatnya Pembuatan Jas di Lubuklinggau
Pempek bakar yang sering juga disebut pempek tunu ini biasanya tidak disantap dengan cuko, namun boleh saja jika suka.
Pempek bakar disajikan dengan cara membelah pempek setelah dipanggang dan diisi dengan ebi ditambah campuran kecap dan cabai rawit.
Pempek bakar bentuknya bulat atau pipih, dulu bentuk bulat identik dengan harga yang lebih mahal dan rasa yang lebih enak karena isi ikannya lebih banyak.
Selain itu ukuran pempek panggang yang dijual semakin mengecil, pada tahun 90-an pempek panggang umumnya berukuran sebesar bola bekel, sekarang ini kebanyakan hanya sebesar bola pingpong.(*)