5 Kiat Hindari Ghibah saat Puasa, Nomor 2 Ingat Malapetaka

Thobib Al Asyhar - Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat DIKTIS.-Foto : Dokumen Kemenag RI -

LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Pernah ada ungkapan bijak, kenapa Tuhan menciptakan dua telinga dan satu mulut manusia? Ini merupakan bagian dari rahasia penciptaaan di mana Tuhan ingin mengajarkan manusia agar menjadi pendengar yang baik daripada menjadi orang yang banyak bicara.

Dalam tulisan Thobib Al Asyhar selaku Kasubdit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat DIKTIS dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari laman Kementerian Agama (Kemenag) Republik Indonesia (RI) mengungatakan, ungkapan tersebut 100% benar adanya. 

Faktanya memang banyak orang yang ingin terus berbicara.  Bahkan ada orang seharian terus berbicara kecuali dalam keadaan tidur. Berbicara memang mudah, murah, dan ringan seperti kita bernafas.

Siapa pun bisa melakukannya kecuali penyintas tuna wicara. Sehingga, setiap individu "merasa" punya hak berbicara tentang apapun karena dianugerahi lisan (mulut) oleh Allah.

BACA JUGA:10 Tips Agar Nafas Tetap Wangi Dan Segar Saat Berpuasa Ramadhan

Tetapi tahukah kita, dengan lisan (mulut) yang hanya satu itu justru menjadi penentu nasib kehidupan kita.

Tidak sedikit orang tertimpa petaka gegara salah bicara. Berapa orang yang pada akhirnya masuk bui karena tidak mampu mengontrol lisannya dengan baik. Pada saat yang sama, orang yang banyak diam justru bisa selamat dari petaka.

Kata-kata bijak "salaamatul insaan fii hifdzil lisaan", keselamatan diri manusia tergantung dari kemampuan mengendalikan lisannya, perlu kita renungkan betul.

Hindarkan sejauh mungkin lisan berbicara untuk kesombongan, kebohongan, cacian, kata-kata kotor, munkar, fitnah, dan khianat. Apalagi kita sedang berpuasa yang seharusnya berfungsi sebagai perisai diri.

BACA JUGA:10 Tips Bijak Dalam Bermain Media Sosial Saat Bulan Suci Ramadhan

Ada satu fenomena menarik di mana orang yang sedang berpuasa, tanpa sadar, justru rajin "meng-ghibah" orang lain sambil menunggu waktu. Jelang berbuka atau paska ifthar bersama sambil "rokok'an" "meng-ghibah" temen sendiri atau orang lain jamak dilakukan. Saat dua orang atau lebih bertemu memang asyik "ngomongin" kejelekan orang lain. Apalagi sambil tertawa-tawa.

Apakah disadari bahwa "meng-ghibah" saudaranya sendiri itu dosa? Jawabnya, sadar sepenuhnya, tetapi sulit menghindarinya. Kenapa begitu? Lagi-lagi, mengandalikan lisan memang tidak mudah.

Sebagai makhluk sosial (zoon politicon), manusia menjadikan lisan sebagai media komunikasi antar sesama. Plus rasa ingin tahu "aib" sesama juga tinggi, sehingga sangat nikmat jika itu menjadi tema pembicaraan bersama kolega. Kebanyakan orang (meski dalam keadaan puasa) tidak menyadari bahwa itu menjadikan kita bisa terseret jauh dalam lumpur dosa.

BACA JUGA:Catat Inilah 6 Keutamaan Membaca Surat Al Fath di Awal Bulan Ramadhan

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan