Hingga Maret 2024 Ada 62 Kasus DBD di Lubuklinggau

TINJAU - Kepala Dinkes Kota Lubuklinggau, Erwin Armeidi meninjau pasienyang sedang dirawat di RSUD Petanang. -Foto : Riena Fitriani Maris-Linggau Pos

BACA JUGA:Terjadi 122 Kasus DBD, Warga Lubuklinggau Diminta Waspada Puskesmas Siaga

Akan tetapi, jika penyintas virus DENV-1 tersebut terkena virus Dengue strain lain, misalnya DENV-3, risikonya mengalami gejala yang lebih parah akan lebih besar.

Virus Dengue disebarkan oleh nyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang biasanya aktif dan menggigit pada pagi dan sore hari. Nyamuk ini hidup di genangan air yang tenang dan dasarnya bersih, seperti genangan air di ban mobil, sampah plastik, atau tempat minum hewan.

Secara umum, fase DBD berbentuk seperti siklus pelana kuda, yang diawali dengan demam mendadak pada hari pertama hingga hari ke-3 fase penyakit ini. Demam bisa mencapai suhu 39-40°C, yang sulit turun walaupun pasien telah mengonsumsi obat penurun panas.

Demam dapat disertai dengan gejala lain, seperti Sakit kepala hebat. Nyeri di bagian belakang mata. Sakit otot dan sendi. Hilang nafsu makan. Lemas. Mual dan muntah. Timbul ruam kulit.

BACA JUGA:Balita Dikabarkan Meninggal karena DBD, Begini Penjelasan Puskesmas

Selanjutnya, DBD akan berlanjut ke fase kritis, yaitu pada hari ke-4 hingga hari ke-6. Pada fase ini, demam turun tetapi gejala perdarahan, seperti mimisan atau muntah darah, mudah terjadi. Trombosit yang menurun drastis juga bisa terjadi pada fase kritis ini.

Jika tidak tertangani dengan baik, penderita demam berdarah pada fase kritis bisa mengalami komplikasi berupa penumpukan cairan pada rongga dada atau perut, perdarahan hebat, hingga gagalnya aliran darah ke organ-organ vital (syok).

Jika tertangani dengan cepat dan tepat, penderita DBD akan sembuh dalam waktu 1-2 minggu.  (*)

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan