Setop Hisap Vape, Ini Bahaya Jangka Panjangnya

VAPE - dokter spesialis Paru-paru di Lubuklinggau, dr Indra mengimbau pemuda di Lubuklinggau untuk saat ini setop menghisap vape.-Foto : Dokumen Pribadi -

LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Trend menghisap rokok elektrik atau vape dikalangan anak muda di Kota Lubuklinggau masih tinggi.

Masih banyak mereka yang beranggapan jika menghisap vape justru lebih baik dibandingkan dengan mereka menghisap rokok konvensional atau rokok biasa. 

Padahal menurut dokter spesialis Paru-paru di Lubuklinggau, dr Indra saat dibincangi KORAN LINGGAUPOS.ID anggapan tersebut salah besar.

Justru ia menegaskan jika vape jauh lebih berbahaya dari rokok konvensional.

BACA JUGA:Setop Kebiasaan Menghisap Vape, karena Vape mengandung Lebih dari 7.000 Zat Kimia yang Membahayakan Kesehatan

"Jadi rokok konvensional saja sudah sangat berbahaya apalagi vape. Bahkan ada literatur yang menyebutkan vape 10 kali bahkan 100 kali lebih berbahaya dari  rokok konvensional," tegasnya, kemarin.

Vape itu jelasnya, penggunaannya saat ini di indonesia menjadi nomor 1 di dunia.

Sosialisasi ke anak muda lebih gencar bahkan toko-toko yang menjual vape juga makin canggih dan kekinian, yang membuat anak muda pun makin yakin menghisap si rokok elektrik ini. 

"Belum lagi memang saat ini lagi trend. Kalau sudah berhubungan dengan trend yang sangat tinggi sejak 2014, ya otomatis banyak anak muda yang ngikutin. Jadi merasa menghisap vape bisa membuat mereka lebih gaya. Sehingga 2022-2023 makin banyak lagi penggunanya," jelasnya. 

BACA JUGA:Begal Vape Milik Pelajar Lubuklinggau Senilai Jutaan

Dampak nyatanya sering atau rutin menghisap vape tegas dr Indra tentu sama saja bahkan jauh lebih bahaya seperti rokok konvensional.

"Dampak atau akibatnya asap vape tentu bisa menyebabkan saluran nafas jadi rusak, sudah pasti penggunaan dengan jangka waktu yang panjang menyebabkan merusak paru-paru.

Dan bahayanya lagi, kandungan nikotinnya juga dapat merusakan organ lainnya seperti jantung dan sekitarnya. Karena kadar nikotinnya lebih tinggi.

Hanya saja saat ini karena penggunanya kan baru jadi mungkin dampaknya belum terlihat, gejala jangka panjangnya belum terlalu saat ini," ungkapnya.

Tag
Share
Berita Terkini
Berita Terpopuler
Berita Pilihan