Masih Ada 156 Anak Stunting di Lubuklinggau, Pj Wako Targetkan akhir Tahun Turun Satu Digit
Pj Walikota Lubuklinggau H Trisko Defriyansa-FOTO : DOKUMEN LINGGAU POS-
LUBUKLINGGAU, LINGGAUPOS.BACAKORAN.CO - Terkait angka stunting di Lubuklinggau, Pj Walikota Lubuklinggau H Trisko Defriyansa targetkan turun satu digit. Yakni dari 11, 7 persen turun diangka 10 persen diakhir tahun ini.
Untuk mencapai target tersebut jelas Trisko, pihaknya terus melakukan audit kasus stunting yang ada di Lubuklinggau. Hasilnya akan mereka ketahui di pertengahan Desember mendatang.
Trisko mengungkapkan, ditahun 2022 angka stunting di Lubuklinggau 11,7 persen. Dimana anak asuh stunting ada sebanyak 156 anak. Saat ini ada sekitar 25600 anak yang sudah dilakukan survei.
“Kita lihat saja hasilnya nanti seperti apa dari upaya yang sudah kita laksanakan saat ini, termasuk hasil dari audit stunting. Kita berharap angka kasus stunting ini menurun 1digit, yakni di bawah 10 persen diakhir tahun nanti,” ungkap Trisko, disela-sela menghadiri puncak perayaan HUT PGRI di Lapangan TOS, kemarin.
BACA JUGA:Waduh, Harga Cabai Merah di Lubuklinggau Sudah Tembus Rp 100 Ribu Perkilogram
Trisko mengaku bersyukur, angka kasus stunting di Lubuklinggau masih di bawah angka Nasional sampai 2024.
“Mudah-mudahan kita berharap upaya kita melakukan intervensi program, intervensi kegiatan, membemtuk TPPS hingga ditetapkan bapak dan ibu asuh untuk mengasuh anak-anak stunting bisa membawa dampak yabg signifikan dan sesuai harapan,” harapnya.
TPPS sendiri jelas Trisko, merupakan tim kerja lintas sektoral yang sengaja dibentuk untuk penanganan stunting. Tugas awal tim tersebut adalah mengidentifikasi dan menginvestigasi wilayah yang membutuhkan perhatian khusus.
“Kita harapkan kasus stunting ini ada penurunan, tetapi yang namanya SKI Pelaksanaan persiapan SKI (Survei Kesehatan Indonesia) ini dilakukan secara random. Apapun hasil dari SKI ini, kita tetap lakukan yang terbaik untuk penanganan stunting di Lubuklinggau.
BACA JUGA:Kelurahan Watervang Kota Lubuklinggau Gencarkan Pencegahan Stunting
Pola hidup sehat, pola asuh karena biasanya setiap turun kelapangan kita memberikan edukasi kepada masyarakat, bahwa penyebab terjadinya stunting pada anak ini tidak hanya pada gizi serta protein saja,” jelasnya.
Penyebab terjadinya stanting lainnya tambah Trisko, yakni lingkungan, pendidikan pranikah (sebelum menikah), 1000 hari pertama kelahiran, mulai dari sambungan, 2 tahun setelah lahir. Hal ini juga diedukasikan antara pola asuh dari anak-anak ini.
Untuk itu upaya lainnya yang dilakukan mengenai kasus stunting ini, dengan memberikan edukasi kepada masyarakat, pelaksanaan persiapan SKI dan lainnya.
“Ini merupakan tugas kita bersama untuk terus berusaha dan berupaya dalam menurunkan kasus stunting yang sedang marak-maraknya saat ini. Mengenai sasaran utama untuk penurunan kasus stunting ini, di semua wilayah yakni di delapan Kecamatan yang ada di Lubuklinggau,” ungkapnya.