Berikut Jam Buka, Isi, dan Tarif Masuk Museum Sultan Mahmud Badaruddin II
Rumah Limas merupakan bangunan tradisional yang mencerminkan filosofi keseharian masyarakat Palembang.-Foto : Instagram @museum_smb -
LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Museum Sultan Mahmud Badaruddin II adalah sebuah gallery di Kota Palembang, Sumatera Selatan, Indonesia.
Museum Sultan Mahmud Badaruddin II didirikan di bekas kediaman kolonial Sumatera Selatan pada abad ke- 19.
Sesuai dengan namanya, Museum Sultan Mahmud Badaruddin II ini kebanyakan memamerkan benda- benda peninggalan Kesultanan Palembang.
Dimana pada Museum Sultan Mahmud Badaruddin II terdapat berbagai jenis koleksi mulai dari arkeologi, etnografi, biologi, seni dan khususnya koleksi mata uang hingga berbagai macam prasasti.
Lokasi Museum Sultan Mahmud Badaruddin II ini awalnya merupakan lokasi Kuta Lama, istana lama Sultan Mahmud Badaruddin I (1724 – 1758), penguasa Kesultanan Palembang.
Senjata tradisional ini pernah dipakai pada masa Kesultanan Palembang Darussalam untuk pertahanan diri dari serangan musuh. -Foto : Instagram @museum_smb -
BACA JUGA:Menguak Misteri Pulau C di Danau Mas Harun Bastari
Pasca pembubaran Kesultanan Palembang, istana Kuta Lama dihancurkan oleh pemerintah kolonial Inggris pada tanggal 7 Oktober 1823.
Dimana penghapusan Kesultanan tersebut merupakan salah satu bentuk hukuman yang dijatuhkan pemerintah kolonial Inggris kepada Kesultanan Palembang akibat pembantaian yang terjadi di penginapan Belanda Sungai Alur, meskipun ini mungkin merupakan gerakan politik untuk menghapus lokasi Kesultanan atas kota tersebut.
Segera setelah pembongkaran Kuta Lama, pada tahun 1823, sebuah bangunan baru dibangun untuk pemeliharaannya. Gedung pertama selesai dibangun pada tahun 1824 dan diberi nama Gedung Siput. Belakangan dibangun gedung lain di gedung yang saat ini berdiri di lokasi tersebut.
Bangunan baru ini merupakan bangunan batu dua lantai yang dibangun dengan gaya yang memadukan gaya Eropa dengan arsitektur tropis India, dengan fokus pada gaya rumah bari tradisional yang terdapat di Palembang.
BACA JUGA:Wisata Bukit Cogong Makin Hits dengan Camping Ground, Nikmatnya Diapit 2 Bukit Lain
Pada tahun 1825, gedung ini digunakan sebagai kantor pemukiman kolonial.
Pada tahun 1920 an bangunan ini direnovasi dengan penambahan kaca lebih banyak. Pada masa Perang Dunia II, gedung ini digunakan sebagai markas militer Jepang. Setelah kemerdekaan Indonesia, gedung ini sempat menjadi markas Tentara Nasional Indonesia bernama Kodam II/ Sriwijaya untuk waktu yang singkat.