KORANLINGGAUPOS.ID - Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang berhubungan langsung dengan kehidupan nyata siswa.
Menurut sebagian besar siswa, pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam khususnya pada jenjang sekolah SMP/MTs, menarik dan tidak membosankan karena membahas tentang lingkungan alam atau kejadian di alam.
Walaupun siswa menyukai mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, namun hasil belajar atau nilai pada mata pelajaran ini masih rendah, karena siswa hanya mempelajari teori saja, tidak ditugaskan untuk membuktikan suatu fakta yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut, sehingga mereka mudah melupakan sesuatu yang telah dipelajarinya.
BACA JUGA:Trik Menggali Potensi Siswa Ala Guru SMAN Terawas yang Sudah 19 Tahun Berpengalaman di Jurusan MIPA
Karena siswa hanya mempelajari teori. Dimana mereka tidak ditugaskan untuk membuktikan suatu fakta yang terkandung dalam mata pelajaran tersebut.
Terbukti ketika mereka mengerjakan tugas setelah belajar mereka bisa mengerjakannya dengan baik, namun saat ulangan harian atau ujian semester nilainya di bawah rata-rata.
Peran guru sebagai pendidik dituntut untuk mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif dan mampu mengembangkan potensi siswa.
BACA JUGA:Ini 3 Beasiswa Pendidikan Kedokteran yang Cocok Buat Kamu, Yukk Cek Ada Apa Aja!
Siswa memerlukan model pembelajaran yang mampu mengorganisasikan penggunaan metode pembelajaran menjadi suatu bentuk pembelajaran yang menarik.
Salah satu model yang membuat siswa lebih aktif adalah model Problem Based Learning (PBL).
Menurut Ona Mariani Nasution, S.Pd.Gr selaku guru MIPA saat diwawancara KORANLINGGAPOS.ID, harus menggunakan pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran yang bervariasi.
Lanjutnya, seperti mapel (mata pelajaran) IPA di SD ada beberapa tema yang materinya mengharuskan seorang guru untuk melakukan eksperimen, observasi ke lingkungan sekitar dan langsung menggunakan model pembelajaran PjBL (proyek based learning) ataupun PBL (problem based learning).
Karena sebagian besar guru hanya menggunakan metode yang monoton. Meskipun guru telah menggunakan berbagai metode seperti ceramah, kerja kelompok, diskusi dan lain sebagainya, namun hasilnya belum menunjukkan peningkatan yang berarti.
Hal ini tentu saja membuat guru harus bekerja ekstra untuk menciptakan model pembelajaran yang tidak hanya membuat siswa senang belajar tetapi juga efektif sehingga siswa benar-benar mampu menyerap materi yang diberikan.