BACA JUGA:JCH Lubuklinggau Muratara Dilarang Merokok, Resikonya Bahaya
Di setiap daerah yang dilewati saat menuju Thaif, ayahanda Fatimah Az Zahra itu tak lupa mengajak warga memeluk agama Islam, beriman hanya kepada Allah SWT dan mengakui Muhammad SAW utusan-Nya. Namun tak satupun warga yang ditemui Nabi mau memeluk agama Islam.
Setiba di Thaif, Rasulullah SAW kemudian menemui tiga orang bersaudara pemimpin Bani Tsaqif anak-anak dari Amr bin Umair Ats-Tsaqfi. Mereka adalah: Abd Yalail, Mas'ud dan Hubaib.
Sejarahwan Islam Muhammad bin Umar Al Waqidi seperti dikutip dari arsip Detik Hikmah menyebut Nabi Muhammad berada di Thaif selama 10 hari. Selama itu juga putra Abdullah bin Abdul Muthalib itu berdakwah kepada pemuka Thaif dan juga warga di sana.
Namun tak satupun dari pemuka dan warga Thaif yang mau memeluk Islam. Para tokoh Bani Tsaqif khawatir ajaran Muhammad akan mempengaruhi generasi muda Thaif. Mereka pun mengusir Muhammad. "Wahai Muhammad, pergilah engkau dari negeri kami dan carilah pengikutmu di tempat lain," kata salah seorang tokoh di Thaif.
BACA JUGA:JCH Lubuklinggau Wajib Bayar DAM Potong Kambing, Ternyata ini Penyebabnya
Tak hanya mengusir, mereka juga menghasut warga Thaif agar menyerang dan melempari Muhammad dengan batu. Mendapat serangan itu, Nabi Muhammad dan Zaid pergi ke balik sebuah gunung.
Namun warga Thaif yang sudah terhasut terus mengejar, menyerang dan melempari Nabi Muhammad dengan batu. Beberapa batu mengenai tubuh Rasulullah hingga menyebabkan kakinya terluka dan berdarah.
Jejak saat Nabi Muhammad saat dilempari batu oleh penduduk Thaif itu saat ini ditandai dengan sebuah bangunan persegi.
Terlihat beberapa jemaah naik ke atas, ke sebuah gua persis di atas bangunan persegi itu. Di gua yang kini sudah ditutup dengan batu itu disebut Rasulullah sempat bersembunyi dari kejaran orang Thaif. Namun mereka terus mengejar dan menyerang Muhammad.
BACA JUGA:Perhatian ini Himbauan untuk JCH Gelombang II Termasuk dari Musi Rawas
Orang-orang Thaif baru berhenti mengejar dan menyerang saat Nabi Muhammad dan Zaid masuk ke sebuah kebun anggur milik Utbah dan Syaibah, dari suku 'Abd Syams, keturunan Quraisy.
Menurut tradisi Arab, orang yang sudah masuk ke dalam pekarangan orang lain dianggap telah mendapat perlindungan dari si pemilik lahan.
Rasulullah kemudian duduk di bawah rerimbunnya pohon anggur. Di sini putra tunggal Abdullah dan Siti Aminah itu menyeka keringat dan darahnya sambil mengucap doa:
"Ya, Allah, kepada-Mu juga aku mengadukan kelemahan kekuatanku, kekurangan siasatku dan kehinaan di hadapan manusia. Wahai Yang Paling Pengasih di antara para pengasih.”
BACA JUGA:JCH Lubuklinggau Kunjungi Jabal Nur, Tempat Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertama