BACA JUGA:Disbudpar Musi Rawas Pastikan Tapil di Festival Sriwijaya XXXII
Untuk mengatasi masalah penyakit ATM perlu dilakukan kerja sama mulai dari pengobatan maupun skrining, sehingga perlu kerjasama dengan sektor yang terkait.
Intervensi kita tidak hanya sebatas terhadap warga yang bergejala tapi juga intervensi seluruh aspek yang terpengaruh, termasuk gizi.
Intervensi gizi dengan memberikan makanan tambahan kepada penderita. "Kemudian intervensi likungan karena menyakit tersebut timbul juga disebabkan faktor likungan," ucapnya.
Iwan menyebut penyebab penyakit TB diantaranya faktor lingkungan yang tidak sehat, faktor ekonomi juga mempengaruhi. Akibat asupan gizi kurang maka rentan terkena TB Paru.
"Semua orang rentan terkena penyakit TB Paru. Namun faktor resiko lebih besar terhadap warga kurang mampu karena asupan gizi kurang," ungkapnya.
Menurut Iwan warga yang diskrining penyakit TB Paru jika positif maka akan langsung dilakukan pengobatan.
"Jadi kita tidak hanya melakukan skrining tapi juga pengobatan sampai sembuh total," ucapnya.
Untuk protap pengobatan penyakit TB Paru penderita harus makan obat paket selama 6 bulan, bisa lebih, itu kalau yang sensitif.
BACA JUGA:5 Desa di Kecamatan Terawas Rawan Banjir
"Kalau yang resisten yang agak bahaya, pengobatanya 1 tahun harus rutin komsumsi obat. itu paling cepat. Harus rutin setiap hari komsumsi obat. Pemberian obat gratis," jelasnya.
Iwan menambahkan, ciri orang yang beresiko TB Paru batuk lebih dari 2 minggu, demam tinggi, berat badan turun drastis dan yang menderita kencing manis.
Jika mengalami hal tersebut diharapkan segera mendekasi awal karena itu merupakan resiko tinggi TB Paru.
Untuk pemeriksan dini TB Paru bisa dilakukan di pusat layanan kesehatan atau Puskesmas yang ada di kecamatan.
"Kalau ada gejala-gejala TB Paru segera periksa ke Puskesmas terdekat. Musi Rawas sudah punya alat TCM di setiap Puskemas," pintanya.