LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - AWAL 2023, sebuah kalender diantarkan ke rumah oleh salah satu guru mengaji saya di Taman Pengajian Al-Quran (TPA) di kampung tempat saya tinggal, Bapak Masparudin.
Beliau adalah guru yang sangat berpengaruh bagi perjalanan hidup saya di dunia kepesantrenan hingga hari ini.
Karena beliaulah yang pertama kali mengenalkan, mengarahkan dan menanamkan kecintaan saya pada pondok pesantren sejak kecil.
Menariknya layout kalender tersebut membuat saya tertarik untuk membacanya, itu adalah kalender dari sebuah Lembaga Pondok Pesantren yang cukup terkenal di Lubuk Linggau pada masa itu, Pondok Pesantren Darul Ishlah.
Berawal dari kalender itulah perkenalan saya dengan Pondok Pesantren Darul Ishlah bermula.
Terpampang pada lembar pertama, seorang santri dengan prestasi pidato Bahasa Inggris tingkat nasional, Ikromul Afifi, demikian nama yang tertulis yang belakangan diketahui memiliki nama asli Akeng Tanzil.
Kemudian disebelah kanan bawah kalender terdapat foto santri lain dengan prestasi 10 besar lomba kaligrafi tingkat nasional, M. Nur Sodik.
Demikian caption nama tertulis.
Namun, yang paling menarik perhatian adalah foto seorang kyai kharismatik yang terpampang cukup besar di lembar pertama kalender tersebut, dengan janggut lebat nan panjang ikonik-nya dan tatapan tajam matanya, sang pimpinan dari Pondok Pesantren Darul Ishlah, Kyai Mansoeri Adam.
Tegas, sangar dan berwibawa, demikianlah kesan pertama saya Ketika pertama menatap foto beliau.
Layaknya Sang Pelopor dengan tanggung jawab besar dan visi besar.
Setelah menamatkan Pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP), tiba saatnya untuk memilih sekolah untuk tingkat menengah atas.
Hasrat hati tak bisa dipungkiri, bahwa saya ingin menimba ilmu di lembaga pesantren, diarahkan dan di-support penuh oleh sang guru dan orang tua. Setelah berkeliling di beberapa pondok pesantren di Lubuk Linggau, Pilihan hati saya jatuh pada Pondok Pesantren Darul Islah.
Sebuah lembaga pesantren sederhana namun terkenal dengan kemampuan santri-santrinya dalam penguasaan dua bahasa, Arab dan Inggris.
Pertengahan Juni 2003, adalah awal saya menginjakkan kaki di Pondok Pesantren Darul Ishlah.