Contohnya, kebutuhan untuk tetap bekerja lembur hingga larut dapat mengganggu kegiatan keluarga yang telah direncanakan sebelumnya.
Konflik peran ialah sebuah persepsi, pemikiran, dan pengalaman dari pemegang peran yang diakibatkan oleh terjadinya dua harapan peran atau lebih secara bersamaan, sehingga timbul kesulitan untuk menjalankan kedua peran atau lebih dalam waktu bersamaan (Hutami & Chariri, 2011).
Konflik peran yang terjadi dapat mempengaruhi perilaku individu seperti perilaku seorang pasangan nikah melalui tekanan personal, depresi dan kecemasan, dan berbagai tekanan yang terjadi dapat menghasilkan bermacam perilaku negatif dalam keluarga, diantaranya minimnya perhatian kepada keluarga (Evans,et al., 2018), tekanan pada perkawinan, dan konflik pada komitmen serta tanggung jawab terhadap keluarga (Akbar, 2017).
BACA JUGA:Keren! Ternyata Begini Cara SMAN 3 Lubuklinggau Mengasah Potensi Peserta Didik
Konflik peran dapat menjadi disruptif, karena sangat sulit untuk memenuhi permintaan dari berbagai individu dan dapat memberikan efek negatif (Williams et al., 1991), yang dapat berujung pada konflik rumah tangga dan perceraian.
Konflik peran yang terjadi juga dapat dialami oleh generasi sandwich karena selain mereka harus mencari nafkah untuk menghidupi keluarga, mereka juga perlu memberikan kebutuhan seperti dukungan emosional, afeksi, sosial, serta finansial kepada anggota keluarga yang terdiri dari dua
sampai tiga generasi yang berbeda dalam satu rumah yang sama.
Sebagai contoh, dalam budaya Asia, hal ini menjadi lumrah karena budaya kolektivisme antara anggota keluarga untuk membantu satu sama lain (Mitchell, 2014), namun pemberian pengasuhan dan strategi penyelesaian masalah dapat berbeda tergantung pada ekpekstasi budaya, identitas, keberfungsian keluarga, dukungan sosial, dan spiritualitas (Do, Cohen, & Brown, 2014).
Berbagai peran yang dialami oleh generasi sandwich dapat berimplikasi pada berbagai hal seperti tekanan peran, kerugian aspek fisik dan psikologis, penurunan hubungan keluarga (Hernandez, 2019), sehingga dapat berpengaruh pada keberfungsian sosial mereka sebagai akibat dari dampak negatif yang dialami oleh generasi sandwich.
Tidak menutup kemungkinan bahwa generasi sandwich memiliki perubahan pada keberfungsian sosial diri individu akibat berbagai kewajiban yang harus dijalankan secara bersamaan dengan tuntutan untuk memenuhi berbagai kebutuhan secara fisik, emosional, dan finansial dari orang-orang yang menjadi tanggungannya.
Raharjo (2016) menekankan bahwa keberfungsian sosial seseorang dapat berkembang ketika memiliki kepuasan akan dirinya sendiri, puas ketika menjalankan berbagai peran dalam kehidupannya.
Akibat dari konflik peran yang dialami oleh generasi sandwich, mereka tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga merasa tidak puas saat menjalani kehidupan pribadinya.
BACA JUGA:Refleksi HGN 2023, Kepala SMAN 4 Lubuklinggau Ajak Siswanya Menghargai Guru
Berdasarkan berbagai penjelasan tersebut, pada penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mengkaji bagaimana pengaruh konflik peran pada keberfungsian sosial generasi sandwich, menguraikan berbagai dampak yang diterima oleh generasi sandwich terkait keberfungsian sosial mereka. (*)