2. Menghindari dampak negatif pergaulan bebas
Di luar pesantren siapa yang paling berpotensi membentuk kepribadian anak? Ya, jawabannya adalah lingkungan. Seperti yang dikatakan oleh Habib Ahmad AL Habsyi sewaktu kunjungannya di Pesantren Modern Ar-Risalah Lubuklinggau (2021) “Sekolahkan di tempat yang baik maka akan melahirkan anak-anak yang baik. Mau jadi apa anak-anak kita tergantung tempat apa yang kita pilih untuk menjadi sekolah mereka”. Sekolah adalah lingkungan, terutama pesantren. Pesantren adalah lingkungan kehidupan 24 jam 7 hari satu minggu.
Jika lingkungannya baik, maka anak akan memiliki kepribadian baik yang diinginkan orang tua.
Sebaliknya, jika lingkungan sekitar penuh dengan perilaku negatif, anak akan mudah terpengaruh olehnya. Pengorbanan untuk berpisah dengan anak, biaya, sudah seharusnya dilakukan sejak awal. Idealnya anak-anak “dipukuli” untuk menempuh pendidikan pesantren yang keras, itu lebih baik dari pada anak “dipukuli” oleh karena pergaulan yang buruk saat ini.
3. Melatih dan menjaga kualitas ibadah anak
Karena kehidupan di pesantren itu 24 jam pendidikan dalam sehari, maka dipastikan hal tersebut secara tidak langsung akan melatih, membiasakan dan meningkatkan kualitas ibadah anak menjadi lebih baik ketimbang mereka tanpa pengawasan di luar pesantren.
Kebaikan itu awalnya memang harus dipaksanakan seperti Filosofi dasar pendidikan di pesantren itu : Dipaksa – Terbiasa – Bisa. Anak anak awalnya akan dipaksa dan terpaksa bangun subuh jam 4 pagi dan sholat subuh secara berjamaah.
Karena setiap harinya mereka dipaksa untuk melakukan kebiasaan tersebut maka mau tidak mau hal itu menjadi kebiasaan bagi mereka. Bisa karena biasa, sehingga lama kelamaan mereka jadi bisa bangun pagi jam 4 dan sholat subuh berjamaah setiap hari.
4. Kualitas pendidikan terbaik dengan biaya lebih murah
Jika mengacu pada biaya bulanan pondok pesantren modern di Ar-Risalah Lubuk Linggau, tidak melebihi 800.000/anak/bulan.
Dengan biaya tersebut, santri mendapatkan akses fasilitas pendidikan 24 jam + makan tiga kali sehari + asrama (perumahan, air dan listrik).
Jadi anggapan bahwa biaya pendidikan pesantren mahal tidak selalu benar.
5. Membentuk karakter pejuang kehidupan
Di Pesantren memang “memaksa” bagi santri untuk hidup mandiri. Berjuang dengan sesuatu yang mungkin tidak mereka sukai. Mulai dari berjuang untuk bangun pagi dan shalat subuh berjamaah, mengantri untuk mandi dan makan, pemenuhan tuntutan studinya, seperti hafalan, kelimuan, hingga pemenuhan kebutuhannya sendiri secara mandiri.
Dapat dikatakan bahwa 100% unsur pendidikan di pesantren memaksa mereka untuk berjuang. Ditambah lagi dengan keterlibatan mereka di OSIS (Organisasi Ihya Ussunnah) dan Kepanitiaan di berbagai event kecil hingga besar, menumbuhkan jiwa “Khairunnaas Anfa’uhum Linnas” – Sebaik baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya di dalam jiwa mereka.
6. Banyak pilihan ekskul yang sangat disukai anak