KORANLINGGAUPOS.ID - Abdul Haris selaku Dirjen Diktiristek Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan terdapat 3 tantangan pendidikan tinggi di era sekarang.
Agar cita-cita Indonesia Emas 2045 bisa tercapai, kata Abdul Haris, ketiga tantangan itu harus segera diatasi.
Indoensia Emas (Era Masyarakat Adil Sejahtera) 2045 tak mudah menggapainya.
Kata Abdul Haris karena kunci utamanya ada di pengembangan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), dan diantara cara untuk mengembangkan kuliatas SDM paling mudah adalah melalui pendidikan yang saat ini ditekuni.
BACA JUGA:Pondok Pesantren Al Haadi: Pendidikan Islami dengan Beragam Prestasi dan Ekstrakurikuler Menarik
BACA JUGA:Kemenag RI Upayakan Peningkatan Karir Guru PAI di Satuan Pendidikan, Begini Langkah yang Dilakukan
Abdul Haris tidak memungkiri bila ada berbagai tantangan yang terus dihadapi dunia pendidikan, oleh sebab itulah pemerintah terus memprioritaskan kualitas pendidikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari laman Detik Edu, Abdul Haris mengungkapkan peningkatan kualitas pendidikan saat ini menjadi prioritas pemerintah untuk menjawab 3 tantangan tadi.
Hal itu disampaikan Abdul Haris saat pembukaan Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (Konaspi) XI di Universitas Negeri Surabaya.
Lantas apa saja Tantangan Pendidikan Tinggi saat ini?
BACA JUGA:Bupati Ratna Machmud: Kesehatan dan Pendidikan Jadi Prioritas Utama
Menurut Abdul Haris, tantangan yang pertama ketimpangan akses.
Ia menjelaskan bahwa yang jadi tantangan yakni, akses masyarakat untuk mengakses pendidikan tinggi belum merata, terbukti rendahnya angka partisipasi pendidikan dan tingkat penyelesaian pendidikan dari jenjang SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi.
Abdul Haris merinci sebagaimana data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, dari 281 juta penduduk Indonesia, baru sekitar 275 juta orang berhasil menamatkan pendidikan sekolah dasar, yang menamatkan jenjang SMP 254 juta orang (90,44 persen) dan yang tamat jenjang SMA sederajat 188 juta orang atau sekitar 66,79 persen.