bagaimana dengan angka masyarakat yang tamat pendidikan tinggi?
BACA JUGA:Ciptakan Pendidikan yang Ramah bagi Anak Berkebutuhan Khusus di Muba
BACA JUGA:SMA Islam Azhariyah Lubuklinggau Utamakan Pendidikan Karakter Siswa
Abdul Haris mengutip data Puslapdik Kemendikbudristek dari data BPS 2023 menyebutkan angka partisipasi kasar pendidikan tinggi mencapai angka 31,45 persen, artinya baru 88 juta orang yang merasakan pendidikan tinggi dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.
Hal inilah yang menurutnya terjadi ketimpangan. Dan mirisnya, penyandang disabilitas yang menyelesaikan kuliah hanya 2,8 persen.
Lalu Kesenjangan Kualitas jadi tantangan pendidikan tinggi yang kedua.
Abdul Haris mengungkap, terjadi kesenjangan kualitas antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang ada di kota besar maupun daerah, ketimpangan yang sama terlihat antara kualitas PTN dan perguruan tinggi swasta, buktinya dari sejumlah perguruan tinggi yang ada, hanya ada 5 PTN-BH di Indonesia yang masuk top 500 dunia.
BACA JUGA:TKIT Imam Syafi’i Lubuklinggau Bebaskan Biaya Pendidikan Bagi Anak Kurang Mampu
BACA JUGA:RA Anak Pintar Lubuklinggau Bentuk Pendidikan Karakter Anak Sejak Dini
Selain itu, Kurangnya Relevansi jadi tantangan ketiga pendidikan tinggi.
Hal ini terlihat dari angka lulusan yang tidak terserap ke lapangan pekerjaan sesuai bidang keahlian atau kompetensi prodinya ini bukti kurangnya relevansi perguruan tinggi.
Bagaimana upaya Ditjen Diktiristek untuk menghadapi tiga tantangan tersebut?
Abdul Haris mengatakan ada beberapa aspek yang akan difokuskan, antara lain.
BACA JUGA:Intip 4 Keunggulan Kuliah di Prodi Pendidikan Biologi Universitas PGRI Silampari
BACA JUGA:5 Sekolah Kedinasan di Jogja yang Bisa Dijadikan Referensi untuk Melanjutkan Pendidikan
1. Dengan meningkatkan partisipasi pendidikan tinggi.