Salak pondoh yang dikembangkan oleh kelompok ini tidak hanya membantu para petani.
BACA JUGA:Mudah Loh Pinjaman UMi BRI hanya Diajukan lewat Agen Brilink, Ini Syaratnya
BACA JUGA:Mudah Loh Pinjaman UMi BRI hanya Diajukan lewat Agen Brilink, Ini Syaratnya
Tetapi juga menciptakan peluang kerja dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Dengan harga jual Rp15.000- Rp18.000 per kilogram, produk salak pondoh dari Desa Kutambaru kini semakin dikenal dan diminati di pasar lokal maupun luar daerah.
Peminat yang paling banyak yakni konsumen dalam negeri, misalnya Aceh.
Tetapi salak dari kelompok ini juga diekspor ke Malaysia dan Thailand.
BACA JUGA:Catat, 5 Program Bank BRI Untuk Pendidikan dan 4 Jenis Tabungan Britama
Adapun panen dilakukan setiap 2 minggu sekali dengan hasil mencapai 1-1,5 ton sehingga omzet yang dihasilkan mencapai Rp30 juta per bulan.
Wulan bercerita, awal mula klaster tersebut mengenal BRI yakni pada 2010 saat meminjam Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan terus berangsur meningkat hingga saat ini. Pinjaman tersebut menjadi modal awal yang membuat usahanya semakin berkembang.
Wulan juga menuturkan, selama ini BRI hadir dalam rangka pendampingan, atau memantau perkembangan klaster dibarengi dengan penyuluhan informasi produk-produk BRI.
Ia pun berharap, pendampingan dan pemberdayaan dari BRI terus berlanjut.
BACA JUGA:Asisten Virtual BRI Sabrina Dirancang Membantu Nasabah, Begini Cara Menggunakannya
BACA JUGA:BRI Siap Mendukung Kebangkitan Perekonomian Pasar Tradisional Seluruh Indonesia
“Semoga kedepan peminjaman modal semakin mudah karena kami para petani salak masih membutuhkan modal,” ujarnya.