Air isi ulang merupakan alternatif yang lebih terjangkau dan banyak digunakan masyarakat.
Meskipun lebih murah, kualitas air isi ulang sangat bergantung pada pengelolaan depot air tersebut.
BACA JUGA:Produk Asli Indonesia Ini Diakui Dunia, Ada Makanan Minuman Hingga Perhiasan
BACA JUGA:5 Resep Minuman Ini, Bisa Bakar Lemak Sebelum Tidur
Jika depot tidak menjaga kualitas alat penyaringannya atau menggunakan air baku yang tidak layak, risiko kontaminasi air dapat meningkat.
Air isi ulang juga berpotensi mengandung bakteri atau kontaminan lain yang tidak diinginkan jika penyimpanannya tidak higienis.
Menurut Profesor Suprihatin dari Institut Pertanian Bogor (IPB), air yang layak konsumsi harus bebas dari warna, bau, dan rasa.
Kualitas air isi ulang bisa saja tidak selalu memenuhi kriteria ini, sehingga perlu ada pemeriksaan rutin atau penjaminan dari depot agar air tetap layak konsumsi.
3. Air Rebusan
BACA JUGA:Produk Asli Indonesia Ini Diakui Dunia, Ada Makanan Minuman Hingga Perhiasan
BACA JUGA:Kuliner Lubuk Linggau: Susu Jahe Merah, Minuman Hangat Bikin Sehat
Air rebusan adalah pilihan tradisional yang masih banyak digunakan, terutama di daerah yang mengandalkan sumur atau PDAM sebagai sumber air baku.
Proses pemanasan hingga mendidih efektif untuk membunuh bakteri dan mikroorganisme berbahaya, sehingga air rebusan dapat aman dikonsumsi.
Namun, kualitas air rebusan tetap bergantung pada sumber air bakunya.
Risiko fisika dan kimia juga dapat terjadi pada air rebusan, terutama jika sumber airnya tercemar zat kimia atau memiliki aroma dan rasa yang tidak normal.
Suprihatin menegaskan bahwa setiap lokasi memiliki kualitas air yang berbeda-beda, sehingga penting untuk memperhatikan sumber air di wilayah setempat sebelum dikonsumsi.