Bagaimana hasilnya?
Studi menemukan anak-anak yang terpapar lebih banyak bahan kimia ini memiliki IQ enam poin lebih rendah dibandingkan anak-anak yang terpapar bahan kimia dalam jumlah lebih rendah begitu perbandingannya.
Bagaimanapun yang perlu disadari adalah, penurunan IQ dapat mengubah potensi keberhasilan anak di sekolah dan pekerjaan mereka dimasa depan.
Ketiga, anggapan orang tua
Selain itu, dalam studi yang dipublikasikan di Nature Edisi 18 Oktober 2011 mengungkapkan bahwa anak selama remaja bisa mengalami kenaikan atau penurunan IQ.
BACA JUGA:Wacana Pemekaran Wilayah Jambi Membentuk Provinsi Baru Bernama Provinsi Jambi Barat, Ini Ibukotanya
BACA JUGA:Sebagian Wilayahnya Rawan Banjir, Ini Pesan Asisten I Setda Muratara
Pada studi ini, para peneliti Inggris memberikan tes IQ kepada 33 anak-anak berusia antara 12 dan 16 tahun atau temaja.
4 Tahun kemudian, para peneliti menguji ulang remaja yang sama.
Mereka menemukan bahwa sekitar seperlima dari anak-anak berusia 12 hingga 16 tahun tersebut anak-anak berfluktuasi dari satu kategori IQ ke kategori lainnya.
Ini mengindikasikan bahwa beberapa anak mungkin mengalami perkembangan kecerdasan di akhir maupun awal. Maka sangat penting bagi orang tua untuk memahami dan mendampingi perkembangan anak difase awal hingga ia remaja.
BACA JUGA:Kisah Petani di Musi Rawas, Bisa Sekolahkan Anak-anak Sampai Sarjana
BACA JUGA:Puncak Peringatan HAB Kemenag Sumsel, 100 Anak Dikhitan Massal dan Dapat Hadiah
Ingat, orang tua yang menganggap anaknya bodoh sejak kecil dan menyerah begitu saja, berpotensi mengubah IQ anak saat remaja.
Pun ketika orang tua menganggap anaknya sudah cerdas sejak kecil dan membiarkannya, maka IQ anak bisa turun saat remaja.
Maka jangan mengabaikan anak-anak yang berkinerja buruk pada tahap awal (perkembangan), sebab IQ mereka mungkin akan meningkat secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan, dan tetap optimislah.