LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Gangguan perhatian atau inatensi anak ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) mempunyai kebutuhan yang lebih spesifik.
Dilansir KORANLINGGAUPOS.ID dari Youtube @OVISUIchannel, Kamis 21 Desember 2023, Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Dr. dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ(K), menerangkan perilaku anak ADHD yaitu maladaptif dalam arti anak tidak tahu perilaku mana yang positif, perilaku mana yang negatif.
Perilaku mana yang lebih baik ditampilkan jika mereka berada didalam kelas pada waktu kelompok belajar, perilaku mana pada waktu anak harus berhadapan dengan gurunya, dengan orang yang lebih dewasa, maka tentunya perlu dilakukan terapi perilaku buat anak-anak tersebut.
“Terapi perilaku yang sering kali kita lakukan kepada anak dengan ADHD adalah dengan terapi modifikasi perilaku. Kami memodifikasi perilaku yang maladaptif menjadi perilaku yang adaptif,” ujar dr Tjhin.
BACA JUGA:Kuliah Full Beasiswa ke Jepang, Simak Info Penting ini
Tambah dr Tjhin, pada beberapa kasus ADHD disertai masalah yang lain atau gangguan jiwa yang lain seperti, menjadi cemas atau depresi.
Misalnya pada anak-anak ADHD yang menjelang remaja sangat peka bahwa mereka selalu kurang, selalu dimarahi, selalu dihukum oleh guru-guru, sehingga mereka menjadi lebih tertekan akhirnya depresi atau cemas. Jadi anak tersebut banyak berpikir, berpikir hal-hal yang buruk yang akan terjadi dalam dirinya.
Anak yang memiliki kemampuan, tapi anak-anak yang memiliki pikiran yang lebih negatif, pikiran yang lebih, pikiran lebih eror, maka mereka terkadang membutuhkan terapi kognitif perilaku, yaitu bertujuan membantu untuk mengubah pikiran-pikiran yang negatif dan pikiran-pikiran yang irasional menjadi pikiran-pikiran yang lebih rasional, lebih positif.
Lalu anak tersebut bisa mengevaluasi dirinya, bisa mengontol pikirannya, sehingga emosinya juga bisa stabil dari waktu ke waktu di mana kecemasan dan depresinya diharapkan bisa berkurang.
BACA JUGA: 5 Kiat Jitu Bikin Anak Patuh Pada Orang Tua
Mengulas ke perjalanan penyakit dari ADHD, dr Tjhin mengatakan, bahwa pada umumnya gejala-gejala ADHD akan berkurang dari waktu ke waktu terutama dimasa remaja gejala hiperaktif impulsif berkurang, bahkan bisa hilang.
Sementara gejala inatensi yang menetap pada anak ADHD jika menetap sampai dewasa, maka anak tersebut menjadi adult ADHD atau GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas) pada masa dewasa.
Untuk diketahui didalam bidang kesehatan jiwa anak dan remaja bahwa ternyata sekarang banyak remaja akhir atau dewasa muda dengan ADHD dimana tampaknya yang paling sering pada diri mereka adalah procrastination. Jadi mereka sering kali menunda-nunda pekerjaan dan alhasil tugasnya menjadi tidak optimal.
dr Tjhin mengungkapkan, pernah ada klien yaitu orang tua anak yang datang untuk bertanya kenapa anak dari klien tersebut selalu menunda pekerjaan hingga membuat semua orang yang ada di rumah klien harus kerepotan membantu anak klien yang ingin mengerjakan tugas yang hampir deadline dengan meminta tolong seisi rumah.
BACA JUGA:Mengenal Gangguan Kepribadian, Salah Satunya Mudah Tersinggung