Tidak mungkin anak “beruzlah” atau mengasingkan diri dari lingkungan sekitarnya.
Orang tua bisa berupaya senantiasa mengingatkan berulang-ulang tentang pentingnya berhati-hati dalam bergaul, baik terhadap teman laki-laki maupun perempuan, baik di dunia nyata maupun di dunia maya.
BACA JUGA:6 Langkah Benar Menyiapkan Mental Anak Masuk SD
Jika anak salah, ingatkan dengan baik-baik dengan cara dan adab yang baik.
Keempat, orang tua harus memberikan bekal ilmu manajemen atas nafsunya supaya perilakunya tidak menyerupai hewan.
Akal dipergunakan untuk mengendalikan nafsu. Ajak anak untuk rajin puasa sunah, baik puasa Senin-Kamis, puasa Daud, atau puasa ayyamul bid (tanggal 13, 14, 15 di bulan-bulan Hijriah) semampu anak.
Kelima, ajarkan kemandirian sejak kecil mulai dari hal-hal dan pekerjaan kecil, seperti bangun pagi sendiri, makan sendiri, dan mencuci peralatan makan dan pakaian mereka sendiri.
BACA JUGA:8 Gejala yang Ditunjukkan Anak Autis, Diantaranya Suka Bermain Sendiri
Termasuk juga dalam hal mengambil keputusan. Ajari anak tentang risiko dan konsekuensi dari setiap pilihan dan perbuatan mereka.
Keenam, orang tua perlu memahami pentingnya pembentukan kepribadian Islam (syakhsiyah Islamiah) yang utuh pada diri anak.
Dalam konsep pendidikan kepribadian Islam itu ada pembentukan pola pikir (akliah) dan pola sikap (nafsiyah).
Masing-masing memiliki tahapan yang rinci mulai dari jenjang usia dini, anak-anak, remaja hingga dewasa sehingga anak bisa menjadi akil dengan sempurna.(*)