KORANLINGGAUPOS.ID - Beberapa bulan terakhir, iPhone Air sempat jadi perbincangan hangat karena membawa desain paling tipis yang pernah Apple buat.
Namun terobosan tersebut ternyata tidak cukup mengangkat penjualannya. Sejumlah analis menilai performa pasar iPhone Air berada di bawah ekspektasi, bahkan lebih rendah dari proyeksi awal perusahaan.
Desainnya yang ultra-tipis memang mencuri perhatian, apalagi dengan bodi menyerupai pil horizontal yang menampung kamera tunggal 48 MP dengan OIS dan kemampuan pemotretan 24 MP atau 48 MP, namun kombinasi harga dan spesifikasinya dinilai kurang memikat sebagian besar calon pembeli.
Di banyak negara, konsumen justru lebih memilih iPhone 17 reguler yang dianggap lebih “worth it”, atau langsung naik ke iPhone 17 Pro/Pro Max yang menawarkan fitur premium.
BACA JUGA:iPhone Fold Lebih Mahal dari iPhone 17 Pro Max? Bocoran Harga Jadi Sorotan
BACA JUGA:iPhone 17 Buat Kejutan Besar, Apple Catat Pangsa Pasar Tertinggi Sepanjang Sejarah
Lesunya penjualan iPhone Air tidak hanya berdampak pada Apple. Vendor smartphone lain, terutama dari China, ikut terpengaruh.
Oppo, Xiaomi, dan Vivo kabarnya menunda produksi ponsel ultra-tipis mereka yang sebelumnya disiapkan untuk menantang iPhone Air.
Xiaomi disebut sudah merencanakan perangkat ultra-tipis untuk kelas flagship, sementara Vivo menyiapkan model serupa untuk lini mid-range S Series, namun keduanya memilih menunggu momentum baru sebelum melanjutkan produksi.
Menurut laporan The Elec yang mengutip Mizuho Securities, Apple bahkan diperkirakan bakal mengurangi produksi iPhone Air hingga satu juta unit pada 2025.
BACA JUGA:iPhone 17 Buat Kejutan Besar, Apple Catat Pangsa Pasar Tertinggi Sepanjang Sejarah
BACA JUGA:iPhone Fold Akan Muncul Dengan Harga Fantastis, Melebihi iPhone 17 Pro Max
Penyesuaian ini disebut sebagai respons terhadap permintaan yang tidak sekuat perkiraan awal, lebih jauh lagi, rumor menyebut Apple kemungkinan tidak akan merilis iPhone Air generasi kedua.
Dengan dinamika ini, pasar smartphone ultra-tipis terlihat memasuki fase hati-hati.
Para vendor kini menimbang ulang apakah desain super tipis masih layak dipertaruhkan, atau justru perlu diarahkan ke kategori lain yang lebih menjanjikan.