LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya berada di Jalan Garuda No 1, Kelurahan Bandung Kanan, Kecamatan Lubuklinggau Barat 2, Kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan (Sumsel).
Saat berada di kawasan Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya, yang pertama kali KORANLINGGAUPOS.ID lihat adalah lokomotif tua yang terparkir di sisi kanan gerbang masuk museum inilah merupakan salah satu koleksi unggulan yang dimiliki Museum.
Pemandu Museum Perjuangan Subkoss Garuda Sriwijaya, Berlian Susetyo mengungkapkan, perusahaan kereta api Staatsspoorwegen (SS) membeli lokomotif uap tipe C30 yang diimpor pada tahun 1929-1930 untuk dapat menjelajahi jalur pegunungan Jawa Barat Selatan dan Jawa Timur Selatan sebanyak 47 unit dari empat pabrik berbeda.
Yaitu Hohenzollern, Borsig dan pabrik Hanomag ( Jerman), lalu Werkspoor (Belanda).
BACA JUGA:Bisnis Janur Sintetis di Lubuklinggau Tetap Moncer
Namun ketika penjajah Hindia Belanda ingin menyediakan lokomotif baru untuk angkutan kereta api di Sumatera Barat dan Sumatera Selatan, terjadi krisis perekonomian dunia antara tahun 1929 hingga 1934 sehingga pembelian lokomotif baru sempat tertunda.
Mengingat Sumatera Selatan merupakan basis komoditas hasil alam dan batubara, sedangkan Sumatera Barat merupakan daerah penghasil pertambangan batubara di wilayah Sawahlunto.
Untuk memenuhi kebutuhan angkutan kereta api di Sumatera, 23 lokomotif SS C30 di Pulau Jawa dipindahkan ke Sumatera Selatan dan 3 lokomotif dipindahkan ke Sumatera Barat.
Lokomotif Uap C3082 buatan pabrik Hanomag Jerman yang didatangkan pertama kali dari Batavia tiba di Karesidenan Palembang pada tanggal 4 Januari 1930.
BACA JUGA:Meredam Kenaikan Harga Beras, Sebanyak 20.446 Warga Miskin Lubuklinggau Terima Bantuan Pangan
Dimana, lokomotif berkode C3082 tiba lebih dulu di Stasiun Lubuklinggau dengan menarik penumpang dari Stasiun Kertapati.
Mengingat Lubuklinggau merupakan kawasan strategis di Uluan, sempat dijadikan sebagai pusat pemerintahan pada masa Kolonial Belanda.
“Semula lokomotif C30 ini merupakan seri SS 1700 (mulai dari SS 1701-1793), namun mengalami penyederhanaan. Secara umum Lokomotif uap yang digerakkan dengan uap dihasilkan dari pemanasan air yang ada pada ketel uap untuk menggerakkan mesin dan selanjutnya menggerakkan roda. Bahan bakar yang digunakan ialah kayu atau batu bara,” jelas Berlian.
Sedangkan Lokomotif Uap C30 merupakan lokomotif tipe umum yang dirancang untuk jalur utama dan jalur cabang.
BACA JUGA:Sambut Personel Baru, ini Pesan Penting Wakapolres Lubuk Linggau Kompol H. Asep Supriyadi