Sejarah Dibalik Benda Bersejarah di Museum Subkoss Garuda Sriwijaya Lubuklinggau, Kereta Lokomotif Uap C3082

Kamis 25 Jan 2024 - 18:11 WIB
Reporter : HIKMAH
Editor : SULIS

Pada tanggal 5 Januari 1947, pertempuran berakhir dengan gencatan senjata, sehingga dilakukan diplomasi antara kedua pihak yang menghasilkan keputusan Sub Komando Militer (Subkoss) Sumsel dan prajurit lainnya harus meninggalkan Palembang 20 km di luar kota. Palembang, kecuali satuan ALRI dan Pemerintahan Sipil.

Pasukan Subkomando Divisi II Garuda yang dipimpin Letkol Bambang Utoyo memerintahkan seluruh pasukan dan pasukan tempur segera bergerak ke posisi bertahan.

Setelah perintah ini, pasukan berkumpul di Stasiun Kertapati untuk menuju Lahat dan Prabumulih dengan kereta api.

BACA JUGA:Sepeda Listrik Ofero Bisa Tempuh 80 Km, Cek Spesifikasi dan Harganya

Markas dan komando Subkomando Sumsel dipindahkan ke Lahat, kemudian Divisi II Garuda dipindahkan ke Prabumulih.

Stasiun terdekat ke Palembang adalah Stasiun Payakabung yang merupakan garda terdepan pertahanan.

Namun Belanda melanggar perjanjian gencatan senjata terutama melanggar garis demarkasi yang telah disepakati sehingga mengakibatkan terjadinya Agresi Militer Belanda I.

Kemudian pada tanggal 27 Juli 1947 pasukan Belanda menyerang garis depan pertahanan di daerah Payakabung dan dengan cepat menguasai daerah lainnya.

BACA JUGA:Hj Henita Trisko Berbagi Kiat Service Excellent Demi Kemajuan RSUD Petanang

Akhirnya Belanda berhasil menduduki Lahat setelah melewati Muara Kuang, Baturaja, Tanjung Enim dan Muara Enim.

Dengan masuknya pasukan Belanda di Lahat, Kolonel Maludin Simbolon selaku Komandan Subkoss memindahkan markas Subkoss kembali ke Lubuklinggau dengan menggunakan kereta lokomotif uap C3082 yang sebelumnya berada di Balai Yasa Lahat.

Langkah ini diambil untuk menyusun strategi perang melawan kolonialisme Belanda.

Akibat serangan brutal tersebut, Belanda mendapat kecaman dari dunia internasional agar menghentikan agresi militernya.

BACA JUGA:Tahu Sumedang Camilan yang Laris Manis di Lubuklinggau

Serangan Belanda tersebut kemudian dimasukkan dalam agenda sidang dewan keamanan PBB, yang menghasilkan keputusan bagi kedua belah pihak untuk menghentikan konflik bersenjata.

Keputusan ini sekaligus mengakhiri agresi militer per 17 Agustus 1947. Berdasarkan data yang diperoleh, dari 47 lokomotif C30 yang pernah ada di Indonesia, hanya tersisa 2 lokomotif yaitu C3065 dan C3082. 

Kategori :