Beberapa jenis burung yang masih sering dijumpai adalah burung enggang (Antharacoceros convexus), elang (Spizateus nanus), burung pekakak dan ular (Loriculus galgolus).
Di antara burung-burung tersebut, mungkin yang paling unik dan sulit ditemukan di tempat lain adalah serindit.
Burung yang tergolong kecil dengan panjang tubuh sekitar 12 cm ini memiliki bulu berwarna-warni yang sangat indah.
BACA JUGA:Unik, Pantai ini Disebut Surganya Kota Bengkulu
Bulu kepalanya berwarna hijau cerah, dan di atas kepalanya terdapat jambul berwarna biru.
Burung ini mempunyai paruh melengkung dan berwarna hitam legam.
Burung bermata bulat berwarna kuning ini merupakan burung hutan yang hidup berkelompok dan berpasangan.
Bagi masyarakat Riau, burung yang sangat lincah dan pemberani ini merupakan simbol dari sifat-sifat positif, seperti kebijaksanaan, keberanian, kesetiaan, kerendahan hati, dan kebijaksanaan.
Oleh karena itu, burung ini juga ditetapkan sebagai maskot Provinsi Riau, selain pohon nibung.
Keistimewaan lain dari kawasan TNBT adalah menjadi rumah bagi Suku Talang Mamak dan Suku Kubu, dua suku yang dianggap keturunan ras Proto Melayu.
Menurut data yang dikeluarkan Pemerintah Provinsi Riau pada tahun 2001, jumlah masyarakat Talang Mamak sangat sedikit yaitu hanya 164 orang, tersebar di dusun seperti Rantaulangsat, Airbaubau, Nanusan dan Siamang.
Artinya, diketahui jumlah Suku Kubu saat ini tidak menentu, karena kehidupannya bersifat nomaden dan tersebar.
BACA JUGA:Kisah Penyesalan Dibalik Munculnya Pulo Kemaro, Wajib Dibaca!
Kehidupan suku-suku asli di kawasan TNBT menjadi daya tarik wisata tersendiri.
Suku-suku tersebut merupakan fenomena eko-kultural yang menarik untuk dikaji, terutama bagaimana mereka berinteraksi dengan alam.
Suku-suku ini sangat bergantung pada hutan, sehingga hutan bagi mereka merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan mereka.