LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - SD Negeri 42 Lubuklinggau yang beralamat di Jl. Yos Sudarso Km 4, Kelurahan Batu Urip Taba, Kecamatan Lubuklinggau Timur I, Kota Lubuklinggau, Provinsi Sumatera Selatan lakukan pembiasaan keagamaan.
Pembiasaan keagamaan tersebut dilakukan oleh seluruh siswa yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan yang rutin, spontan, terprogram, dan keteladanan.
Melalui kegiatan pembiasaan keagamaan salah satu untuk meningkatkan karakter Islami siswa SD Negeri 42 Lubuklinggau. Salah satu kebiasaan islami yang dilakukan adalah membaca Iqra’ atau Alquran, doa, hadits dan ayat-ayat pilihan.
Meskipun SD Negeri 42 Lubuklinggau bukan sekolah berbasis Islami, namun siswa dibentuk menjadi siswa yang berkarakter akhlakul karimah melalui penerapan sikap dan perilaku sehari-hari sesuai dengan kebiasaan yang telah dilakukannya.
BACA JUGA:Murid SDN 42 Lubuklinggau Belajar Disiplin dari Anggota Polri
Dimana para siswa diajarkan untuk mengawali segala aktivitas dengan berdoa, dan menjalankan perilaku sesuai dengan hadis Rasulullah SAW. Oleh karena itu, diharapkan pula karakter siswa di SD Negeri 42 Lubuklinggau menjadi lebih Islami.
Guru Pendidikan Agama Islam, Melva Ayu Putri, S.Ag saat diwawancarai KORANLINGGAUPOS.ID, Jumat 1 Maret 2024 di SD Negeri 42 Lubuklinggau, ia mengatakan, siswa harus dibentuk karakternya sejak dini karena pada usia tersebut mereka adalah peniru yang baik.
“Kita didik anak-anak, pertama dengan pendekatan dan kelembutan. Kemudian baru kita minta anak-anak untuk melakukan apa yang akan kita ajarkan nanti kepadanya seperti diajarkan cara membaca Iqra, hafalan surat-surat pendek, doa sehari-hari, dan kegiatan keagamaan lainnya,” kata Melva.
Dengan demikian kebiasaan siswa tersebut menjadi suatu kebiasaan yang berdampak pada peningkatan karakter akhlakul karimah.
BACA JUGA:Jangan Sepelekan Remaja Merokok, Terancam Kena Kanker
Kegiatan peningkatan karakter Islami pada siswa ini dilakukan pada Jumat setelah senam sebelum siswa melakukan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) selanjutnya.
Dalam pendidikan keagamaan tersebut siswa dapat mendengarkan tausiyah dari guru sebelum memulai pembelajaran, dan diberikan motivasi dalam kehidupan beragama. Lalu, siswa diminta untuk maju satu per satu untuk membaca Iqra didampingi guru pembimbing.
“Hasil yang diharapkan dari pembiasaan Jumat ini adalah membentuk anak-anak yang berkarakter dan religius, juga mampu mempunyai rasa tanggung jawab terhadap kewajiban agama,” ujarnya.
Tambah Melva, cara belajar siswa sangat berpengaruh. Apabila siswa berada di lingkungan A dan B maka berbeda pula karakternya. Maka dari itu, lingkungan siswa bermain dan belajar perlu diawasi, karena peran orang tua dan guru adalah mampu meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan dan ilmu agama. Jadi, balance antara kehidupan di rumah dan keibadahan di rumah maupun di sekolah.
BACA JUGA:SMK Muhammadiyah Lubuklinggau Adakan Pelatihan Komputer Gratis