“Pengerokan masih menggunakan kape. Pencuciannya masih menggunakan air biasa. Setelah dikerok dan dicuci, hasilnya menjadi lebih putih. Selanjutnya kita jemur dan keringkan. Penjemuran masih menggunakan tenaga matahari. Sehingga lama tidaknya ditentukan oleh cuaca. Jika cuaca cerah, proses pengeringan selama 2-3 hari”, pungkas Alan.
Serat yang kering akan berubah warna menjadi putih. Setelah itu dilakukan proses penghalusan dengan cara disisir supaya serat kualitasnya meningkat lebih halus, lebih rapi, dan juga memisahkan sisa daun yang masih menempel. Pada tahap ini, Alan memberdayakan warga sekitar sehingga usaha Alan ini membuka lapangan pekerjaan yang lumayan besar.
Serat yang sudah disisir tadi dipintal menjadi benang serat daun nanas. Setelah jadi benang, ditenun menggunakan ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin) untuk menjadi kain daun nanas. Proses pemintalan Dimana serat-serat yang disisir diambil setiap helainya kemudian disambung menggunakan teknik sambung-tenun secara manual untuk menjadi benang serat daun nanas.
BACA JUGA:Inilah 6 Manfaat Jus Nanas Untuk Kesehatan Tubuh, Yuk Simak Disini!
“ATBM ini kita modifikasi secara khusus. Kita rancang dengan mobilitas yang tinggi dan portable. Bisa dilipat dan ringan. Dilengkapi dengan 8 kamran, sehingga bisa membuat motif kain yang beraneka ragam”, terang Alan.
Alan menambahkan, program YESS di PPIU Jabar, asilitasi program YESS memfasilitasi daerah tempat tinggalnya membentuk P4S Al-Fiber. “P4S ini memberikan pelatihan kepada anggota, supaya apa yang kita kuasai dapat kita tularkan kepada teman-teman penerima manfaat YESS yang lain”, imbuhnya.
Pada awalnya Alan memulai usahanya secara pribadi. Karena permintaan pasar meningkat, maka Alan mengaku sangat terbantu dengan tergabung ke dalam klaster bisnis nanas sehingga terintegrasi bagaimana memanfaatkan potensi tanaman nanas dari hulu hingga ke hilir.(*)