Rotan jenis ini banyak digunakan penduduk pedesaan untuk membuat tikar, keranjang, tali-temali, lampit dan barang kerajinan tangan lainnya.
Rotan ini juga banyak digunakan untuk membuat tatami atau lampit Jepang karena permukaannya yang berwarna keemasan dan mengkilat.
BACA JUGA:Usut Mafia Perkebunan, Kanwil BPN Sumsel, dan 2 Kantor Dinas Digeledah Kejati Sumsel
Kalau tidak ada rotan sega kita juga menggunakan rotan lilin tumbuh secara alami di Sumatera, Kalimantan.
Rotan ini menyukai daerah dataran rendah atau pegunungan sampai ketinggian 1200 M di atas laut.
Batang rotan lilin banyak digunakan untuk bahan pembuatan tikar, pengikat, keranjang, dan kerajinan anyaman lainnya.
"Hanya dua jenis rotan itu lah yang paling sering dipakai," jelasnya.
Jadi tidak semua jenis rotan bisa di gunakan hanya beberapa saja yang bisa digunakan.
Jadi selain rotan juga diperlukan seperti paku, lem, serta kaca untuk mejanya.
BACA JUGA:BAZNAS Bersama Kemenag dan Ormas Islam Sepakati Kadar Zakat Fitrah dan Fidyah
Setelah dirakit kursinya dilakukan pemakuan serta harus dikasih lem biar sambungannya kuat, tidak mudah lepas.
Harga kursi mulai dari harga Rp 150.000 per unit.
Sedangkan seperti jenis anyaman-anyaman itu harganya mulai dari harga Rp 50.000 per satunya tergantung dengan ukuran juga.
Kadang juga banyak pesanan orang itu seperti dua kursi dan satu meja kasih harga Rp 600.000.
Kalau lebih banyak lagi lebih mahal lagi harganya.
'Harapan saya semoga usaha rumahan saya ini, bisa berkembang, dan masyarakat banyak yang membelinya," harapnya. (*)