LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Jika kamu berkunjung ke Palembang, sempatkanlah untuk mengunjungi Rumah Limas, yaitu sebuah rumah adat khas Palembang.
Saat pertama kali melihatnya, mungkin rumah ini sudah tidak asing lagi di mata kamu. Ya, Rumah Limas merupakan rumah adat yang pernah dijual dalam uang pecahan Rp 10.000.
Rumah Limas merupakan rumah tradisional berbentuk limas yang dibuat dengan gaya panggung. Bangunan khas daerah palembang ini dibangun dalam beberapa lantai. Masyarakat menyebut kumpulan tingkatan Bengkalis yang mempunyai arti tersendiri. Rumah ini sering digunakan sebagai tempat diadakannya pernikahan dan acara adat.
Hampir seluruh bagian Rumah Limas terbuat dari kayu. Pemilihan kayu tersebut bukan dilakukan tanpa alasan, melainkan sesuai dengan karakter kayu dan kepercayaan masyarakat di Sumsel. Uniknya, jenis kayu yang digunakan merupakan kayu unggul dan konon hanya tumbuh di pinggiran kota di wilayah yang beribukota di Palembang ini.
BACA JUGA:Air Terjun Curug Layang Bikin Bangga Warga Lubuklinggau
Dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari Portal Informasi Indonesia, luas Rumah Limas berkisar antara 400 hingga 1000 meter persegi, seringkali memungkinkan pemilik rumah untuk menggunakannya sebagai tempat pernikahan dan acara adat.
Hampir seluruh bagian Rumah Limas terbuat dari kayu. Pemilihan kayu tersebut bukan dilakukan tanpa alasan, melainkan sesuai dengan karakter kayu dan kepercayaan masyarakat di Sumsel. Uniknya, jenis kayu yang digunakan merupakan kayu unggul dan konon hanya tumbuh di pinggiran kota di wilayah yang beribukota di Palembang ini.
Untuk pondasi biasanya digunakan kayu unlen, kayu dengan struktur kuat dan tahan air. Sedangkan untuk rangka rumah menggunakan kayu Seru. Kayu ini cukup langka dan sengaja tidak digunakan untuk bagian bawah rumah karena dalam budaya masyarakat, kayu Seru dilarang untuk diinjak atau diinjak.
Secara spesifik dinding, lantai, jendela dan pintu menggunakan kayu Tembesu yang memiliki keunggulan dari segi ekologi dan ekonomi. Kuatnya budaya Sumsel terlihat dari ukiran dan ornamen pada pintu, dinding, dan atap Rumah Limas yang menggambarkan nilai-nilai budaya lokal.
BACA JUGA:7 Tips Mudah Meninggalkan Mobil di Rumah Sebelum Wisata ke Luar Negeri
Rumah Limas memang memiliki banyak filosofi yang mendalam, terdiri dari lima tingkat dengan makna dan fungsi yang berbeda-beda. Lima tingkat ruangan tersebut ditata dengan filosofi Kekijing, dimana setiap ruangan ditata berdasarkan penghuninya yaitu umur, jenis kelamin, bakat, pangkat dan martabat.
Tingkat pertama atau yang disebut Pagar Tenggalung merupakan ruangan yang terhampar luas tanpa adanya dinding pembatas. Ruangan yang mirip beranda ini digunakan sebagai tempat menerima tamu yang datang saat acara adat. Uniknya, orang luar tidak bisa melihat aktivitas di dalam ruangan. Sedangkan dari dalam kamu bisa melihat suasana di luar. Hal menarik lainnya adalah adanya fan gate atau pintu yang jika dibuka akan membentuk ruang langit-langit.
Tingkat kedua atau disebut Jogan merupakan tempat berkumpulnya anggota keluarga laki-laki pemilih rumah. Masuk lebih dalam atau masuk ke dalam Kekijing ketiga, terdapat privasi lebih dibandingkan ruangan sebelumnya. Posisi lantai lebih tinggi dan bersekat. Ruangan tingkat ketiga ini hanya digunakan oleh tamu undangan khusus saat pemilik rumah sedang mengadakan hajatan.
BACA JUGA:4 Fakta Unik Dibalik Objek Wisata Telaga Warna Dieng, Ada Kolam Pemandian untuk Pengobatan
Orang-orang khusus yang dihormati dan mempunyai hubungan darah dengan para pemilih di DPR, dipersilakan masuk ke tingkat keempat. Seperti halnya Dapunto dan Datuk, para orang tua mengundang tamu. Terakhir, tingkat kelima atau disebut Gegajah memiliki ruangan paling luas dibandingkan ruangan lainnya. Ruangan ini lebih istimewa dan lebih privat, hanya dimasuki oleh orang-orang yang mempunyai kedudukan sangat tinggi dalam keluarga atau masyarakat. Di dalamnya terdapat lantai untuk musyawarah yang disebut Amben, dan kamar pengantin jika pemilik rumah sedang melangsungkan pesta pernikahan.