LUBUKLINGGAU, KORANLINGGAUPOS.ID - Masyarakat Indonesia tidak terlalu asing dengan lagu “Tombo Ati” atau “Obat Hati” yang biasanya populer menjelang atau ketika Ramadhan.
Lagu yang terkesan syahdu dan sejuk ini ternyata memiliki asal yang bisa dilacak dan penjelasan yang cukup bermakna dan bermanfaat.
Di Indonesia, terkhusus di Jawa, lagu ini populer sebagai ajaran Sunan Bonang atau Raden Maulana Makhdum Ibrahim di Tuban, Jawa Timur (1465-1525 M) yang kemudian diajarkan pada murid-muridnya dan masyarakat sekitar sebagai media dakwah saat itu.
Dikutip KORANLINGGAUPOS.ID dari laman muhammadiyah.or.id, syair lagu ini jika dilacak asal usulnya, ditemukan bahwa ajaran ini ditemukan dalam kitab Majmu’ Rasa’il Ibnu Rajab yang merupakan kumpulan risalah Ibnu Rajab al-Hanbali (1335-1393 M).
BACA JUGA:8 Efek Samping Menggonsumsi Kurma Saat bulan Ramadan,Jangan Kalap!
Selain dalam karya Ibnu Rajab, ajaran ini juga ditemukan sebagai nasehat Ibrahim al-Khawash (wafat 903 M) yang dikutip dalam kitab Dzam al-Hawa karya Ibnu Jauzi (1116-1201 M), nasehat ini juga diberikan oleh Yahya bin Mu’adz ar-Razi (830-871 M) yang ditulis dalam karyanya, kitab Dzam Qaswat al-Qalb.
Nasehat ringkas dan mendalam dalam untaian syair ini menjadi populer di masyarakat Islam di pulau Jawa, lalu dipopulerkan secara lebih luas karena dilagukan dalam bahasa Indonesia oleh Opick pada tahun 2005. Hingga kini, lagu ini masih terus populer dengan kreasi baru dan di-cover oleh banyak orang di media sosial.
Ini membuktikan bahwa mengajarkan kebaikan dengan media lagu atau syair menjadikan ajaran itu menjadi lebih mudah diingat dan tersimpan dalam memori jangka panjang.
Lalu apa saja obat hati itu?
Pertama, membaca Al-Qur’an dan maknanya (Qiraat Al-Qur’an bi at-Tadabbur).
BACA JUGA:Pesantren Ramadan, SDN Muara Rengas Musi Rawas Berbagi Takjil
Membaca Al-Qur’an dengan makna terjemah yang direnungi (tadabbur) menjadi lebih bermakna dan menghidupkan hati.
Jika hanya dengan membaca saja mampu menguatkan batin seseorang, membaca setiap ayat dengan perlahan dan perenungan akan menjadikan seseorang setidaknya paham dengan makna umumnya dan tidak sekedar membacanya dengan singkat.
Kedua, mendirikan shalat malam (Qiyam al-Lail).
Bangun dan memohon kepada Allah di waktu sepertiga malam merupakan terapi yang memiliki dampak positif yang kuat bagi kondisi diri seseorang. Selain karena kondisi malam hari yang lebih tenang dan lebih damai sehingga mengkondisikan diri untuk beribadah saat itu. Begitu juga karena pada waktu itu seseorang bisa memanfaatkannya sebagai waktu untuk berdoa dan memohon ampunan, dimana waktu sepertiga malam terakhir adalah waktu yang tepat untuk berdo’a.