Kemuliaan berkesinambungan tersebut dinyatakan dalam salah satu ayat Al-Qur’an berbunyi, Tanazzalul malaikat war ruh (QS Al-Qadr: 4). Kata Tanazzalul adalah bentuk yang mengandung arti kesinambungan, atau terjadinya sesuatu pada masa kini dan masa datang. (M. Quraish Shihab, 1999).
Malam yang hadir pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan menurut beberapa riwayat jatuh pada tanggal-tanggal ganjil ini menuntut kesiapan dari manusianya itu sendiri untuk mendapatkan malam lailatul qadar.
Artinya, apabila jiwa telah siap, kesadaran telah tumbuh dan bersemi, dan lailatul qadar datang menemui seseorang, ketika itu malam kehadirannya menjadi saat qadar, dalam arti saat menentukan bagi perjalanan sejarah hidupnya di masa-masa mendatang. Saat itu bagi seorang hamba adalah saat titik tolak guna meraih kemuliaan dan kejayaan hidup di dunia dan di akhirat kelak.
Sejak saat itu pula malaikat akan turun guna menyertai dan membimbingnya menuju kebaikan sampai terbit fajar kehidupannya yang baru kelak di hari kemudian. Saat-saat menentukan dan mengubah seluruh kehidupan Nabi Muhammad dan umatnya ialah ketika beliau menyendiri di Gua Hira.
BACA JUGA:Berikut 5 Cara Menurunkan Berat Badan Lebih Cepat saat Puasa Ramadan
Saat itu merupakan momen pertama kali Nabi SAW menemukan malam lailatul qadar. Ketika jiwa beliau telah mencapai kesuciannya, turunlah Al-Ruh (Jibril) membawa ajaran dan membimbing Nabi sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup beliau bahkan perjalanan hidup umat manusia.(*)