Yenni Berkebun Untuk Kesehatan Mental

Minggu 07 Apr 2024 - 00:28 WIB
Reporter : Muhammad Yasin
Editor : Muhammad Yasin

Kebetulan waktu itu rumahnya kosong, Yenni minta izin ke anak yang pemilik rumah.  Saya bilang boleh enggak kalau saya tumpang buat nanam. Oh ya udah bu daripada tidak dirawat karena rumahnya jauh," cerinta. 

Kalau kita berkebun kita mengamati dari dekat proses sebuah kehidupan. Yenni merasa bahwa tanah bumi alam itu dia mirip proses kerjanya dengan tubuh manusia yang rumit yang betul-betul kompleks dan di dalamnya banyak banget unsur-unsur. 

Kemudian Yenni menemukan rasa bahagia ketika melihat apa yang ditanam sejak biji, kemudian menjadi tumbuh. Kemudian melihat mereka tumbuh semakin besar itu memberikan rasa kepuasan tersendiri. 

Karena depresi yang Yenni rasakan selain memiliki dua sisi bipolar itu punya dua sisi. 

BACA JUGA:Yuk Ajak Anak-anak Seru-seruan ke Kebun Stroberi di Jalan Raya Curup-Lubuklinggau

Dua episode dalam emosi yang pertama itu adalah hipomania Yenni bukan tipe yang berat. Yenni asih hipomania di Fase ini. 

"Saya merasa gembira berlebih merasa kadang-kadang bahagia berlebih gitu semangat berlebih. Lalu kemudian di fase yang depresi episode ini saya merasa sangat terpuruk, kemudian saya merasa sangat jatuh . Saya merasa tidak bisa mengendalikan hidup saya," ungkapnya. 

Dengan bertanam ini ternyata Yenni bisa memiliki kontrol. "Saya bisa merasa, saya merasa dibutuhkan oleh tanaman-tanaman ini yang bergantung pada saya. Kalau enggak saya siram kan dia mati. Kemudian ternyata saya bisa loh menumbuhkan apa namanya membantu tumbuh sebuah tanaman. Mulai dari situ saya mulai merasa memiliki kontrol dalam hidup. Ada metode yang saya adopsi,  saya pelajari dan kemudian mulai saya terapkan sedikit-sedikit di kebun tumpang saya," paparnya. 

Unutk memupuk tanamannya Yenni membuat sendiri pupuk organik dari sampah rumah tangga dan juga buat sendiri pupuk cair.  

BACA JUGA:Kebun Kelapa Sawit Terluas di Kecamatan Ini

Berikut ini cara membuat pupuk cair atau Liquid E fertilizer. Bahannya yang dibutuhkan adalah peruningan atau pangkasan dari daun-daun sisa semua tanaman yang ada. 

Yenni menyebut contohhutan subur tampa diberi pupuk, Ia  menggugurkan daun sendiri kemudian daunnya dia kompos dengan sendiri lalu dia serap lagi nutrisinya ke atas lagi ke pohon. 

Kemudian pohonnya berbuah lagi gugur buahnya yang busuk-busuk pun itu menjadi pupuk, ya kan.

"Jadi ini yang mulai saya terapkan san saya mulai berani berani mencoba. Sebelumnya saya juga takut karena sebelumnya kita didoktrin bahwa di organik itu ada kita mengenal fermentasi. Jadi seolah-olah bahwa segala sesuatu itu harus difermentasi supaya tidak tidak menjadi buruk. Seolah-olah bahwa kalau pembusukan itu sendiri buruk. Padahal sebetulnya kalau buat alam dengan dengan dipakai dengan kepada manusia itu berbeda.  Kalau alam itu ya mengenal proses pembusukan terjadi dan baik-baik saja," ucapnya. 

BACA JUGA:Kebun Kopi Terluas di Selangit Sampai 1.061,00 Hektare

Yenni juga punya mikroan mikroorganisme lokal. Yenni berprinsip bahwa sebisa mungkin berkebun dengan gratis. Pokoknya nol modal. Dan sampahnya kalau bisa juga nol. "Jangan sampai saya mengeluarkan sampah. Saya berprinsip seperti itu. Jadi saya menggunakan mikroorganisme lokal aja yang saya buat sendiri," ungkapnya.

Kategori :